MEDAN-Pada dasarnya penyebutan Opera China ditujukan untuk semua pertunjukan opera yang berasal dari negeri Tiongkok. Di negeri “Tirai Bambu” itu sendiri, opera itu dinamai berdasarkan kelompok masyarakat yang menemukan dan mengembangkannya.

Misalnya Opera Hebei yang berasal dari Propinsi Hebei. Dulunya dikenal dengan nama Jing Bangzi dan Wei Bangzi, mengambil nama dari tokoh pencetusnya Hebei Bangzi. Ada juga Opera Beizing yang berasal dari Beijing. Dan ada juga Opera Tio Ciu. Opera Tio Ciu Pan adalah opera yang lahir dan dikembangkan oleh masyarakat suku Tio Ciu yang ada di Tiongkok.

Karenanya, ada juga yang menyebut Opera China sebagai Opera Tiongkok. Hal itu guna untuk mengakomodir semua opera yang berkembang di Tiongkok dalam satu istilah.

Meski begitu, istilah Opera Tiongkok ini tidak begitu populer. Masyarakat umum lebih mengenal opera itu dengan sebutan Opera China.

Pada dasarnya sifat dan karakter pertunjukkan masing-masing opera itu adalah sama. Yakni dengan memadukan unsur drama, nyanyian, tarian, musik dan juga gerakan-gerakan akrobatik. Yang membedakan masing-masing mereka adalah dialek dan kostum, yang disesuaikan dengan latar belakang suku dan asal mereka.

Sedangkan yang membedakan Opera China dengan Opera Eropa adalah make-up dan adanya gerakan-gerakan akrobatik itu. Gerakan-gerakan akrobatik ini bercikal bakal dari teknik-teknik bela diri yang juga banyak berkembang di negeri itu.

Tetapi dalam perkembangannya sebagian gerakan akrobatik itu juga telah berakulturasi dengan gerakan-gerakan lain. Seperti gerakan sirkus pada Eropa dan juga silat dari Indonesia.

Opera China pada umumnya mengangkat cerita-cerita rakyat. Berupa legenda, dongeng dan sebagainya. Temanya bisa beraneka ragam. Mulai dari kisah percintaan, persahabatan, lelucon. Termasuk cerita-cerita yang berkaitan dengan epos atau kepahlawanan.

“Salah satu cerita legendaris yang sering dipentaskan adalah “Hakim Bao”. Sedangkan cerita percintaan yang populer adalah cerita “Sampek Engtay”,” kata salah seorang pecinta Opera China, Karnadi Liem.

Ditambahkan Karnadi, biasanya pertunjukan Opera China bisa berlangsung selama 20 hari. Setiap hari pertunjukan bisa memakan waktu 3-4 jam lamanya. Pertunjukan itu berlangsung pada malam hari. Pukul 8 malam dan bisa baru selesai pada pukul 12 malam. Ceritanya sama tetapi sudah dibagi atas beberapa adegan untuk 20 hari ke depan. Seperti halnya sebuah sinetron yang ditayangkan di televisi.

Salah satu ciri Opera China yang paling menonjol pada make-up nya. Setiap penari akan disolek dengan bedak putih yang tebal dan juga bedak merah sebagai solekan mata dan pipi. Solekan ini untuk memperkuat karakter dan watak tokoh yang diperankan. Make up seperti ini ada pada setiap varian Opera China itu sendiri.

Dibanding di Indonesia, Opera China jauh lebih berkembang di Malaysia.

Opera China di negeri jiran itu sudah berlangsung sejak era penjajahan Inggris atas Malaysia pada abad ke-16.

Ketika itu banyak warga China yang datang ke Malaysia untuk bekerja di pertambangan biji timah. Imigran itu datang dengan membawa budaya mereka ke negara tempat mereka merantau. Tidak heran bila muncul istilah Opera China Malaysia. Yakni adanya pengaruh Melayu Malaysia dalam pertunjukan Opera China itu. Sehingga muncul satu istilah Opera China Malaysia.

Bangku Kosong

Yang menarik, biasanya dalam setiap pertunjukan Opera China itu selalu ada deretan bangku yang dibiarkan kosong. Biasanya ada pada deretan paling depan. Konon bangku itu disediakan khusus bagi arwah nenek moyang mereka yang diyakini ikut menonton pertunjukan itu. Terutama bila pertunjukan itu digelar bertepatan dengan bulan peringatan/sembahyang bagi arwah leluhur (upacara Ulambana).

Karnadi baru-baru ini menonton pertunjukan Opera China tengan “Hakim Bao” di Vihara Budhi Dharma Tandem.

Ditambahkannya, para pemain dalam pertunjukan itu datang langsung dari Tiongkok. Mereka memainkan cerita “Hakim Bao” secara bersambung.

Setiap skenario telah disusun sejak dari hari pertama sampai dengan hari terakhir. Ceritanya dibuat begitu mengalir. Sehingga penonton tidak merasa jenuh meski dalam 1 hari pertunjukan itu bisa sampai 4 jam lamanya.

“Rasa penasaran itulah yang membuat pertunjukan Opera China mampu berlangsung sampai 20 hari,” kata Karnadi.