DUNIA sepakbola kembali berduka. Kali ini tokoh pemuda, politisi dan juga penggiat sepakbola, Amran YS berpulang ke Rahmatullah. Setelah bertarung dengan komplikasi penyakit yang dideritanya bertahun-tahun, Amran YS akhirnya tutup usia Rabu (20/9/2017) pagi, sekitar pukul 11.00 WIB.

Dikenal sebagai tokoh pemuda karena pernah menjabat sebagai Ketua Pemuda Pancasila, Amran juga dikenal sebagai tokoh sepak bola Sumatera Utara.

Pria yang pernah dipercaya sebagai salah seorang pengurus pusat Persatuan Sepak bola Seluruh Indonesia (PSSI), dan Pengurus PSMS ini adalah sosok yang tegas, berani dan jujur.

Beberapa kasus kebobrokan di dunia sepak bola pernah diungkap tanpa memandang bulu.
Hal ini dikisahkan salah satu legenda PSMS Medan, Tumsila. Mantan striker timnas ini mengaku pernah dekat dan bekerja sama dengan almarhum Amran YS saat menjadi pengurus PSMS di era 90 an.

"Beliau sosok yang tegas dan berani bahkan jujur. Walau saya jauh si bawahnya dia tetap menghargai saya. Itu yang saya salut dengan beliau," ujar Tumsila saat dikonfirmasi, Rabu (20/9/2017).

Hal yang paling terkesan di benak Tumsila, yakni Amran YS tak sungkan membuka kebobrokan pengurus lain jika diketahui menyalah.

"Anggotanya sendiri pun kalau salah langsung dipecat. Bahkan dia tak sungkan membuka kebobrokan pimpinan. Yang jelas dia tak pandang bulu. Salah ya salah," ujar Tumsila.

Alhasil, Amran pun pernah ditasbihkan sebagai Ketua Kehormatan PSMS Medan.
Tak cuma itu, di PSSI Amran juga dikenal sebagai sosok yang tegas dan berani mengungkap kebobrokan sepak bola di tanah air.

Di antaranya insiden suap menyuap wasit di Liga Indonesia 1997-98. Di mana juara bertahan Persebaya ditahan imbang 0 – 0 atas tamunya Arema Malang.

Bahkan, menurut para wasit yang memimpin pertandingan, citra dan mutu wasit yang memimpin setiap pertandingan dengan cara-cara kolusi dan menyuap sudah berlangsung sejak tahun 90-an.

Sinyalemen tentang adanya kolusi dan mafia wasit sepak bola makin kuat, menyusul diperoleh informasi yang menyebutkan beberapa wasit daerah sering mentransfer uang ke rekening bank seorang oknum pengurus PSSI di Jakarta. Tujuannya, agar wasit yang bersangkutan bisa lebih banyak mendapat kesempatan memimpin pertandingan selain agar lebih cepat dipromosikan menjadi wasit FIFA.

Saat itu, Amran YS yang menjabat Ketua Komisi Wasit dan Inspektur Pertandingan PSSI, langsung melakukan penelusuran ke daerah dan mengi twrogasi para wasit.

Dirinya mengungkap keterlibatan wasit memenangkan jalannya satu pertandingan.
Alhasil, dari hasil penyelidikan yang mencoreng wajah sepakbola nasional, PSSI mengambil tindakan tegas dengan mengganjar hukuman 20 tahun kepada Wakil Ketua Komisi Wasit PSSI, Djafar Umar dan memberhentikan secara tidak hormat dari jabatannya, menyusul kasus kolusi wasit yang terkuak dalam tiga pekan terakhir ini.
Djafar selanjutnya dilarang terlibat dalam segala kegiatan sepak bola di lingkungan PSSI. Sanksi untuk mantan wasit FIFA ini tertuang dalam Surat Keputusan PSSI, nomor Skep/ 06/II/1998 tertanggal 27 Februari 1998 yang ditandatangani Ketua Umum PSSI Ir Azwar Anas dan Sekum Nugraha Besoes.

Itulah sepenggal kisah perjalanan Amran YS dalam mengungkap kebobrokan mental pengurus di dunia sepakbola. Selamat jalan pak semoga terus lahir generasi Amran YS berikutnya.