JAKARTA - Perubahan kelas atlet atletik Indonesia saat klasifikasi atau pemantauan ketunaan bisa menguntungkan tim Indonesia.

"Perubahan klasifikasi itu jelas membuka peluang Indonesia meraih medali emas," kata Manajer Tim Atletik Indonesia untuk ASEAN Para Games IX, Waluyo di Kuala Lumpur, Malaysia, Sabtu (16/9/2017).

Menurut Waluyo, perubahan kelas dialami Agustinus Tinabila. Tadinya, Agustinis diplot untuk tampil di nomor lari 800 meter, 1.500 meter dan 5.000 meter kelas penglihatan rendah atau "low vision" T-13. Ternyata saat klasifikasi, dia diturunkan ke kelas T-12 yang merupakan kategori dengan kondisi penglihatan lebih buruk dibanding T-13.

Meski diuntungkan, kata Waluyo, Agustinus tidak dibebankan target. "Agus itu atlet debutan sehingga tak dibebankan target, namun dengan hasil klasifikasi itu mudah-mudahan dia bisa meriah medali emas," ujarnya.

Tak hanya Agustinus. Ada atlet lain yang juga harus berubah kelas berdasarkan hasil klasifikasi seperti Sapto Yogo Purnomo. Atlet yang tampil di nomor lari kelas cerebral palsy (CP) itu sebelumnya diplot di kelas CP-38, tetapi diturunkan ke kelas CP-37 saat klasifikasi.

Meski demikian, Waluyo menyatakan oleh karena pertimbangan strategi, pihaknya akan tetap menerjunkan Sapto Yogo di kelas CP-38, meski sebenarnya peluang dia mendapatkan medali emas semakin besar jika di kelas CP-37. "Kami sendiri sudah punya atlet andalan di CP-37. Akan tetapi, peluang Sapto masih tetap besar di CP-38," beber Waluyo.

Sementara itu, MASOC menyediakan total 133 medali emas untuk diperebutkan dalam cabang olahraga atletik di ASEAN Para Games ke-9 ini. Dari jumlah tersebut Indonesia membidik 36 medali emas.

Bahkan Waluyo dengan optimis menegaskan jika tim Merah-Putih memiliki kesempatan yang besar meraup medali emas dari nomor-nomor lari kelas tuna daksa.

"Indonesia sudah mendominasi nomor lari tuna daksa putra sejak ASEAN Para Games tahun 2011 yang digelar di Indonesia," tegasnya. ***