LUBUKPAKAM-Sejak dua minggu terakhir harga cabai merah di tingkat petani di Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara (Sumut) mengalami kenaikan dari Rp 20.000 menjadi Rp 25.000 per kilogram (kg). Begitu pun, petani belum dapat merasakan keuntungan dari kenaikan harga cabai tersebut.

"Karena tidak diimbangi dengan capaian produksi. Saat ini, rata-rata produksi cabai petani turun karena serangan hama dan penyakit, terutama hama trip atau keriting daun," kata Jakorasmen Purba, petani hortikultura dari Desa Purba Tua Etek, Kecamatan Silimakuta, Kabupaten Simalungun kepada wartawan di stan Kabupaten Simalungun pada Pekan Pasar Petani ke-14 Provinsi Sumatera Utara, di Lapangan KB Pemkab Deliserdang, Lubukpakam.

Jadi, kata dia, harga tinggi belum mampu mencukupi biaya produksi. Untuk satu batang tanaman cabai rata-rata biaya produksi yang dikeluarkan berkisar Rp 15.000. Sementara, hasil yang diperoleh akibat serangan hama hanya 4 ons/pohon dari produksi normal (tanpa serangan) 1 kg/pohon.

"Kalau tidak ada serangan dengan harga cabai sekarang Rp 25.000/kg, petani bisa memperoleh keuntungan berkisar Rp 10.000/kg. Tapi dengan kondisi sekarang, petani rugi Rp 5.000/kg," kata Jakorasmen.

Ketua Kelompok Tani Nelayan Andalan (KTNA) Silimakuta ini berharap agar pemerintah, baik kabupaten maupun provinsi dapat mencarikan solusi untuk mengatasi serangan hama trip ini.

Karena upaya yang dilakukan petani di Simalungun saat ini belum membuahkan hasil yang maksimal. Bahkan biaya produksi petani semakin bertambah untuk membeli obat-obatan kimia.

"Jadi harga cabai mahal sekarang ini bukan karena belum memasuki masa panen, tapi karena produksi yang anjlok akibat serangan hama. Petani di Simalungun sekarang sedang memasuki masa panen. Entah di daerah lain," ujarnya.

Jakorasmen yang memiliki luas pertanaman cabai merah berkisar 15 rante ini mengatakan, rata-rata produksi cabai merah di Simalungun berkisar 15-20 ton per bulan.

"Banyak petani di Simalungun yang menanam cabai merah. Tapi itulah, serangan hama itu menjadi musuh utama petani saat ini," kata Jakorasmen.