Rantauprapat-Majelis-majelis agama Budha di Labuhanbatu menyatakan sikap mengutuk pelaku krisis kemanusiaan di Rohingya, Myanmar.

Dalam delapan poin pernyataan sikapnya, Majelis agama Budha Labuhanbatu melihat eskalasi krisis dan konflik kekerasan yang terjadi tidak kunjung mereda dan berdampak buruk. "Maka dengan ini kami pimpinan majelis agama Budha menyatakan keprihatinan mendalam atas krisis kemanusiaan Rohingya, Myanmar," ujar Pemuka Agama Budha Labuhanbatu, Gunawan di Bundaran Simpang Enam, Rantauprapat ketika berbaur dalam aksi peduli Rohingya bersama AL UOIS (Aliansi Ummat dan Organisasi Islam) Labuhanbatu.

Gunawan dihadapan ratusan massa yang turut dalam aksi, terdiri dari sejumlah elemen ormas Islam mengatakan Krisis Rohingya bukanlah konflik agama, melainkan konflik sosial dan kemanusiaan.

Mereka, kata Gunawan mendesak Pemerintahan Myanmar untuk memberikan perlindungan, bantuan dan hak asasi dasar kepada masyarakat Rohingya.

"Kami sangat mengharapkan pemerintah Indonesia menjamin umat beragama untuk beribadah dengan tenang dan aman, serta menjamin keamanan terhadap rumah ibadah yang berada di Indonesia," ujarnya membacakan petikan sikap pimpinan majelis agama Budha Indonesia terhadap konflik Rohingya.


Sejak awal sekitar 300-an orang massa Al UOIS melakukan aksi Peduli Rohingya dengan berkumpul di halaman Mesjid Agung jalan Ahmad Yani Rantauprapat dan melakukan pengumpulan donasi.

Kemudian, massa yang dipimpin Ketua FPI Kabupaten Labuhanbatu Ust H Badaruddin Barus dan Ust H Rendi Fitrayana Lc melakukan longmarch dengan berjalan kaki ke bundaran Simpang Enam Rantauprapat.

Di sana, mereka melakukan orasi dan membakar foto dua sosok yang bertanggungjawab dalam konflik Rohingya, Yakni Aung San Suu Kyi dan Biksu bernama Ashin Warathu . Diakhir aksinya, massa AL UOIS menggelar sholat gaib berjemaah.