JAKARTA - Telkom menyatakan belum bisa mengumumkan masalah utama yang terjadi di satelit Telkom 1 karena mengaku perlu berkonsentrasi memulihkan layanannya terlebih dahulu.

Namun hari ini, muncul laporan bahwa Telkom 1 hancur di orbit geostasioner. ExoAnalytic Solutions mengaku telah menemukan obyek yang diduga pecahan dari Telkom 1 berkat pelacakan di orbit. 

Berdasarkan bukti baru yang terkumpul itu, perusahaan asal Amerika Serikat ini menyebutkan Telkom 1 telah hancur berantakan.

Pihak ExoAnalytic menggunakan algoritma untuk meninjau data yang dikumpulkan oleh jaringannya secara global dari 165 teleskop untuk anomali, salah satu instrumennya di Australia timur ini yang menemukan detik-detik Telkom 1 saat pensiun dini lebih awal.

"Apa yang Anda lihat tampaknya banyak bahan reflektif yang berasal dari pesawat luar angkasa," ujar CEO ExoAnalytic Doug Hendrix seperti detikINET kutip dari Arstechnica, Kamis (31/8/2017).

ExoAnalytic juga merilis gambar dan video berdurasi 1 jam 12 menit ini yang menampilkan objek diduga dari Telkom 1. "Apakah itu panel surya, bahan bakar, atau puing lainnya. Kami tidak begitu tahu," ungkap Hendrix.

Melacak Telkom 1 begitu sulit karena ExoAnalytic harus melacak 2.000 objek di geostasioner, bahkan beberapa di antaranya obyeknya bisa dilihat sekitar 20 cm. Dari jumlah obyek di geostasioner, seperempatnya adalah satelit gabungan antara aset militer, cuaca, dan komunikasi, serta sisanya adalah puing-puing.

"Saya tidak tahu populasi sebenarnya di atas sana, apakah ini (Telkom 1) adalah tambahan yang signifikan," sebutnya.

Telkom 1 sendiri merupakan satelit yang diluncurkan pada 12 Agustus 1999 dengan umur desain sekitar 15 tahun. 

Berdasarkan hasil assesment pabrikan satelit Lockheed Martin pada 2014 dan 2016, Telkom 1 dinyatakan dalam kondisi baik dan dapat beroperasi normal dengan kecukupan bahan bakar hingga beberapa tahun ke depan, sekurang-kurangnya hingga 2019. 

BUMN ini baru merencanakan untuk meluncurkan Telkom 4 pada Agutus 2018. Slot orbit 108 derajat Bujur Timur yang ditempati oleh Telkom 1 akan diganti oleh Telkom 4 dengan kapasitas yang lebih besar lagi sebagai upaya memenuhi kebutuhan transponder yang kian meningkat.

ExoAnalytic mengatakan kejadian yang dialami oleh Telkom 1 ini merupakan yang kedua dalam kurun waktu dua bulan terakhir di orbit geostasioner. Sebelumnya pada 17 Juni, operator satelit Luksemburg kehilangan kontrol di orbit yang lokasinya di atas 36 ribu kilometer dari permukaan Bumi.***