SERDANG BEDAGAI - Meski Rampah Kota ditetapkan sebagai ibukota kabupaten sesuai dengan UU No. 36 tahun 2003 tentang pembentukan Kabupaten Samosir dan Serdang Bedagai (Sergai) yang ditandatangani Presiden RI Megawati Soekarno Putri, namun kota yang berciri khas bangunan peninggalan jaman Belanda ini belum mendapatkan penataan dengan baik dari Pemkab Sergai. Kota Rampah terlihat semrawut dan buruk. Bahkan setiap malam kota Rampah bagaikan kota mati. Sementara setiap pagi sampai sore terlihat macat dan kotor.

Padahal Kabupaten Sergai sudah 14 tahun mekar dari kabupaten induk Deli Serdang. Namun belum terlihat adanya gebrakan menataan dan pembangunan kota Rampah.

Anehnya sejak dimekarkan sudah ada 4 Bupati memimpin di Tanah Berdua Negeri beradat ini. Mulai dari Plt Chairullah, Plt Kasim Siyo, Ir HT Erry Nuradi menjadi Bupati Sergai selama 2 priode dan kini dipimpin Ir H Soekirman sebagai Bupati.

Namun wanaca untuk pembangunan dan menata kota Rampah sebagai ibukota kabupaten belum terlihat sama sekali. Bahkan kota Rampah semakin buruk akibat tidak tertatanya para pedagang dan peran pemilik ruko untuk memperintah bangunan mereka disekitar kota Rampah.

Pemkab Sergai menggunakan dana baik dari pusat maupun APBD terlihat hanya terfokus pada pembangunan sarana pendidikan, kesehatan dan jalan. Bahkan tahun 2017 dari APBD banyak dihabiskan untuk pembangunan jalan.

Ada beberapa titik jalan dibangun dengan menggunakan dana puluhan milyar, namun jalan dibangun tersebut lebih banyak digunakan bagi pengusaha dan perkebunan bukan untuk kepentingan masyarakat.

Lian Boy warga Rampah kini menetap di Bagan Batu, Riau telah sukses menjadi pengusaha perkebunan sawit pada koran ini, Kamis (24/9/2017) mengatakan, dirinya merasa sedih dengan tidak adanya perubahan kota Rampah dari dulu sampai sekarang.

“Sejak aku tinggalkan sampai sekarang, kota Rampah tidak ada perubahan, malah tambah buruk dan semeraut,” ujarnya.

Dikatakannya, dari beberapa kabupaten/kota telah dikunjunginya, kota Rampah ibukota paling buruk dibanding dengan daerah lain. Padahal apabila ditata dan dibangun kota Rampah dapat menjadi indah.

“Contohnya Tanjung Pura, Langkat, kotanya sempit dan peninggalan Belanda. Tapi ditata dan dibangun, kota tersebut indah. Padahal bentuk bangunannya sama dengan kota Rampah,” bilang Lian.