MEDAN-Saat ini pasokan ikan hasil tangkapan nelayan di Sumatera Utara (Sumut) sangat minim. Hal ini disebabkan antara lain kondisi di laut yang banyak melakukan razia, terutama di pantai barat terhadap surat izin penangkapan ikan atau SIPI kapal ikan nelayan di atas 30 grosstonase (GT).
"Saat ini memang ikan sulit ditangkap karena tidak musim. Sifat ikan ini kan migrasi atau mengalami pancaroba sesuai dengan musimnya. Jadi sekarang memang ikan sedikit, terutama di pantai timur," kata Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Sumatera Utara, Zonny Waldi yang dihubungi lewat selule.

Sulitnya mendapatkan ikan ini, menurut Zonny, sudah berlangsung sejak sekitaran Maret 2017.

"Tapi nanti ada saatnya ikan itu melimpah, kalau musimnya sudah tiba. Kalau ikan banyak otomatis harga ikan juga turun," kata dia.

Saat ini, lanjut Zonny, harga ikan melambung tajam dari biasanya. Seperti ikan dencis, cakalang, ikan sisik dan sejenisnya sekarang harganya sudah berkisar Rp 35.000-an per kg di pasar tradisional di Kota Medan dari sebelumnya hanya berkisar Rp 18.000-an per kg.

Hal yang sama juga diakui General Manager (GM) Perusahaan Umum (Perum) Perikanan Indonesia (Perindo), Arief Hidayat.

Menurutnya, pasokan ikan hasil tangkapan nelayan di Belawan sangat minim. Biasanya, nelayan bisa menangkap ikan berkisar 10 ton per hari sekarang hanya berkisar dua ton saja.

"Itu karena sulitnya ikan ditangkap. Sekarang memang tidak musim ikan. Akibatnya, nelayan jadi malas melaut bahkan di Sergai nelayannya nggak nangkap ikan, karena ongkos produksi yang mereka keluarkan nggak nutup dengan hasil tangkapan mereka," kata Arief.

Perindo, sendiri kata dia, untuk memenuhi kebutuhan ikan lokal di Sumut terpaksa mendatangkan ikan dari Riau. Sementara di Riau sendiri juga saat ini pasokan ikannya menurun.

"Biasanya kami bisa memasarkan ikan basah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat lokal berkisar 200 ton per hari sekarang hanya 100 ton saja dan itupun ikannya susah didapat. Jadi wajar saja kalau harga ikan saat ini mahal," kata Arief.