MEDAN-Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura (Kadis TPH) Sumatera Utara (Sumut) M Azhar Harahap mengklaim harga gabah di Sumut jauh lebih tinggi dibanding daerah lain seperti di Pulau Jawa.

"Hal itu dikarenakan di Sumut tidak pernah mengenal panen raya. Hampir setiap bulan ada musim panen di kabupaten Sumut," kata Azhar.

Menurut Azhar, pola atau waktu tanam di tiap daerah di Sumut tidak sama.

"Itulah yang membedakan kita dengan Pulau Jawa. Ketersediaan beras kita selalu tersedia tiap bulan dari kabupaten yang berbeda. Dan itu berdampak terhadap harga jual gabah petani," ujarnya.

Kalau panen serentak kata Azhar, otomatis pasokan berlimpah dan itu membuat harga gabah menjadi anjlok. Tetapi dengan panen yang berbeda tiap daerah maka pasokan terbatas dan hargapun tetap tinggi.

"Makanya harga gabah kering panen (GKP) di Jawa jarang di atas Rp 4.000-an per kg melainkan selalu di bawah bahkan kerap di bawah harga pembelian pemerintah (HPP) sebesar Rp 3.700 per kg," jelasnya.

Itu jugalah yang membuat serapan gabah Bulog di Jawa selalu lebih tinggi. Sedangkan di Sumut serapan gabah Bulog sangat minim bahkan tidak ada. Karena harga gabah petani selalu di atas Rp 4.000 per kg. Bahkan ada beberapa daerah yang harga jual gabahnya mencapai Rp 5.000 per kg seperti di Kabupaten Karo.

"Kalau di atas HPP, Bulog tidak akan menampung gabah petani. Bulog hanya akan melakukan pembelian bila harga gabah petani di bawah HPP. Jadi bersyukur lah petani di Sumut yang harga gabahnya selalu lebih tinggi," ucap Azhar.