MEDAN-Harga penetapan tandan buah segar (TBS) kelapa sawit di Sumatera Utara (Sumut) untuk tanggal 19-25 Juli 2017 turun sebesar Rp 29,28 per kilogram (kg) menjadi Rp 1.673,78 per kg. Penurunan ini disebabkan situasi pasar yang membuat harga sawit masih berfluktuasi.

Sayangnya, fluktuasi tersebut membuat kinerja harga sawit di tingkat petani justru tidak begitu menggembirakan.

"Dengan harga penetapan yang turun ini, membuat petani semakin sulit mendapatkan harga bagus. Karena meski harga minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) naik karena peningkatan konsumsi di India, tapi justru di petani kecenderungannya menurun," kata Ketua Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) DPW Sumut Gus Dalhari Harahap, di Medan.

Jika di awal bulan harganya masih berkisar Rp 1.500 hingga Rp 1.400 per kg, saat ini kata dia, hanya Rp 1.000 hingga Rp 1.200 per kg.

Gus mengatakan, harga TBS yang ditetapkan sekali seminggu itu selalu jauh di atas harga yang didapatkan petani. Karena itu, pihaknya meminta kepada Tim Penetapan Harga TBS Provinsi untuk mengawasi tata niaga sawit hingga di tingkat petani.

Dengan begitu, harga yang didapatkan petani sesuai dengan harga pasar serta bisa mendekati harga penetapan.

Harga yang didapatkan petani lebih rendah lebih banyak disebabkan penjualan TBS pada agen, tidak langsung ke pabrik. Tapi karena selama ini petani dilepas begitu saja dan tidak ada pengawasan dalam penjualannya, maka seringkali harga selalu lebih rendah dari pasar.

Tapi setelah Tim Penetapan Harga TBS Provinsi terbentuk berdasarkan Surat Keputusan (SK) Gubsu Nomor 188.44/215/KPTS/2017, petani berharap tim ini akan bekerja maksimal. Dengan begitu, petani bisa mendapatkan harga lebih bagus dibandingkan kondisi selama ini yang kerap di bawah harga pasar.

Sementara itu, kinerja harga minyak kelapa sawit atau CPO pada perdagangan hari ini masih belum stabil. CPO yang sempat terpuruk dikisaran harga RM 2.517 per ton dan lebih jelek dibandingkan harga beberapa hari lalu yang masih bertahan di kisaran angka RM 2.568 per ton, pada hari ini mampu berbalik arah dengan sedikit menunjukkan tren penguatan.

Tapi kinerjanya masih dibayangi pergerakan harga minyak kedelai dunia. Sentimen pergerakan CPO belakangan, kata pengamat ekonomi Sumut Gunawan Benjamin, sangat dipengaruhi harga kedelai, yang pada hari ini juga mengalami penguatan.

Harga kedelai saat ini dijual dikisaran US$ 998 per Bushel, mengalami kenaikan lebih dari 0,6%. Kenaikan harga kedelai ini turut mendorong kenaikan pada harga CPO. "Namun permintaan CPO yang meningkat dan diharapkan menjadi pendorong penguatan belum terlihat pada hari ini," katanya.

Karena itu, tekanan harga sawit di tingkat petani diyakini masih akan terus berlanjut. Tren pelemahan harga CPO dalam kurun waktu beberapa hari terakhir ditambah dengan penguatan rupiah dikisaran Rp 13.320 per dolar AS dibandingkan sebelumnya yang sempat bertengger dikisaran Rp 13.350 per dolar AS akan sangat mempengaruhi harga CPO.