MEDAN - Beberapa pedagang Pasar Pringgan mengkritisi kinerja pengelola yakni PT Triwira Lokakarya. Satu di antara pedagang berinisial RG menyebutkan bahwa mereka kecewa lantaran Pasar Pringgan sangat kotor, bahkan di luar kompleks pasar banyak pedagang ilegal. "Lihat atap banyak jebol, sampah tergeletak di setiap sudut. Mereka (PT Triwira Lokakarya) taunya hanya ngutip duit (retribusi)," jelas RG kepada www.tribun-medan.com, Jumat (14/7/2017).

RG menceritakan bahwa pengelola pasar mengutip retribusi sebesar Rp 4 ribu saban hari. Ia tak tau pasti peruntukan uang tersebut, namun ia menduga uang itu sebagai uang kebersihan dan jaga malam.

Tak hanya itu, pedagang juga dikutip uang listrik Rp 33 ribu, dan uang air di kisaran Rp 70 ribu hingga Rp 100 ribu saban bulan.

Sebenarnya, pengelolaan Pasar Pringgan oleh PT Triwira Lokakarya telah habis sejak Mei 2016.

Hal ini pun diakui para pedagang, namun pedagang tak berani melakukan protes.

"Kalau mau disebut pungli (pungutan liar) cocok juga. Tapi kami gak berani protes, kami rakyat kecil," sambungnya.

Tribun lantas mencoba mengkonfirmasi hal ini kepada PT Triwira Lokakarya.
Namun kantor PT Triwira Lokakarya yang berada di basement Pasar Pringgan masih tertutup rapat.

Petugas kebersihan yang berpakaian abu-abu menyebutkan bahwa pengelola pasar belum hadir.

"Seharusnya ada, tapi hari ini memang belum kelihatan," pungkasnya.