MEDAN-Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara (Sumut) Syech Suhaimi mengatakan, nilai ekspor Sumut pada Mei 2017 mengalami penurunan dibandingkan bulan sebelumnya. Sebaliknya, nilai impor justru mengalami kenaikan dibandingkan bulan sebelumnya.

Suhaimi mengatakan, nilai ekspor pada Mei itu melalui pelabuhan muat di wilayah Sumut pada bulan Mei 2017 mencapai US$ 770,81 juta, sedangkan di April sebesar US$ 776,10 juta.

"Dibandingkan April, nilai ekspor Mei menurun berkisar 0,68%," jelas Suhaimi kepada wartawan di Medan.

BPS mencatat, terjadi peningkatan nilai ekspor terbesar pada Mei 2017 dari golongan kopi, teh dan rempah-rempah yaitu sebesar US$ 8,46 juta atau 24,85%. Sedangkan penurunan nilai ekspor terbesar terjadi pada golongan berbagai produk kimia sebesar US$ 14,16 juta atau 19,22%.

Dikatakan Suhaimi, ekspor ke Amerika Serikat merupakan yang terbesar yaitu US$ 109,96 juta, diikuti India sebesar US$ 83,05 juta dan Tiongkok sebesar US$ 62,31 juta. Menurut kelompok negara tujuan ekspor, kawasan Asia (di luar Asean merupakan yang terbesar dengan nilai US$ 247,21 juta atau 32,07%.

Sementara nilai impor Sumut pada Mei 2017, ujar Suhaimi, mencapai sebesar US$ 381,13 juta. Nilai ini menunjukkan kenaikan sebesar 3,17% dibandingkan bulan April 2017 yang mencapai US$ 369,41 juta.

"Nilai impor Mei dibanding impor bulan April 2017 untuk bahan baku penolong, mengalami kenaikan 18,81% dan barang konsumsi naik sebesar 10,21%. Sedangkan barang modal mengalami penurunan 34,16%," sebutnya.

Lebih lanjut disebutkan, produk yang mengalami peningkatan nilai impor terbesar pada Mei yaitu golongan ampas/sisa industri makanan sebesar US$ 12,93 juta atau 50,51%.

Sedangkan yang mengalami penurunan nilai impor terbesar adalah golongan mesin-mesin/pesawat mekanik sebesar US$ 30,96 juta atau 58,12%.

Sementara itu, nilai impor Mei 2017 dari Tiongkok merupakan yang terbesar yaitu US$ 88,46 juta dengan kontribusi 23,21% dari total nilai impor Sumut. Terbesar selanjutnya adalah Singapura sebesar US$ 50,17 juta atau 13,16%, dan Australia sebesar US$ 38,56 juta (10,12%).

Pengamat ekonomi Vincent Wijaya mengatakan, kinerja ekspor dan impor yang berfluktuasi atau naik turun adalah dinamika dari pasar global dewasa ini. Namun demikian, harus tetap dilakukan penetrasi pasar guna mencari negara-negara mitra tujuan ekspor yang baru.

Selain itu, diharapkan juga agar ada terobosan-terobosan baru untuk memperluas jaringan pasar ekspor dan juga harus semakin ditingkatkan kualitas komoditas ekspor Sumut.

"Negara-negara seperti Tiongkok, India dan bahkan Amerika Serikat disamping negara tetangga Asean, adalah masih pasar yang strategis untuk ekspor," katanya.

Kemudian dalam hal pasar dalam negeri, juga harus semakin digairahkan.

Menurutnya harus dikurangi ketergantungan konsumen lokal dengan barang-barang impor dengan cara meningkatkan kualitas produk dalam negeri. "Dan kegairahan sektor industri dalam negeri juga harus terus dijaga," tukasnya.