MEDAN-apolda Sumut Irjen Pol Rycko Amelza Dahniel memerintahkan jajarannya untuk memberlakukan sistem pengamanan maksimum di Markas Polda Sumut (Mapoldasu) dan markas-markas kepolisian jajaran, pos-pos polisi, serta asrama polisi, menyusul aksi teror pos jaga Mapolda Sumut, Minggu (25/6/2017).

"Sistem pengamanan yang dilakukan saat personel di lapangan, kemudian terhadap Mapolda, markas-markas kepolisian, pos-pos polisi, serta aspol telah diberlakukan sistem pertahanan maximum security," kata Rycko, di Mako Brimob Poldasu, Jalan KH Wahid Hasyim, Medan.

Rycko berbicara didampingi Kabid Humas Kombes Rina Sari Ginting, Dansat Brimob Kombes Zulfikar, Dir Pam Obvit Kombes Hery Subiansauri dan pejabat lainnya.

Pemberlakuan pengamanan maksimum ini dilakukan untuk mengantisipasi kejadian serupa penyerangan terhadap personel karena para pelaku teror terindikasi menyasar personel kepolisian.

"Pasti kita akan terus melakukan peningkatan keamanan tidak ada batas waktu. Kita akan terus melakukan evaluasi dan supervisi, sistem keamanan yang ada di jajaran Polda Sumatera Utara," tegasnya.

Memang, peningkatan pengamanan telah tampak pasca serangan pos jaga Mapoldasu. Pada acara doa bersama mengenang korban almarhum Ipda (Anumerta) Martua Sigalingging, misalnya, seluruh pengunjung diperiksa kendaraannya dan barang bawaannya di pintu masuk Mapoldasu. Tampak, ada personel Brimob dan Provos. Biasanya pintu 1 dijaga oleh personel Shabara. Ketika itu hanya pintu 1 yang dibuka. Sementara pintu 2 dan pintu 3 ditutup.

Dalam kasus penyerangan tersebut, polisi telah menetapkan 4 orang tersangka. Satu orang tersangka Baru adalah Firmansyah Putra Yudi (32). Dia ikut merencanakan serangan bersama tersangka lainnya.

Tiga tersangka lainnya yakni Syawaluddin Pakpahan (43) terduga pelaku penyerangan, dan Boboy (17) yang berperan memantau serta Ardial Ramadhana, terduga penyerang yang meninggal dunia ditembak peluru petugas.