MEDAN-Penurunan harga cabai sejak awal tahun 2017 tidak dapat dibendung hingga saat ini. Pasalnya, hampir setiap waktu sejumlah daerah di Sumatera Utara (Sumut) melakukan panen cabai. Stok yang melimpah membuat harga cabai di tingkat petani kini hanya Rp 5.000 per kg. Bahkan diperkirakan akan turun lagi karena panen masih berlanjut.

Pengamat pertanian Sumut Prof Abdul Rauf mengatakan, merosotnya harga cabai sangat dipengaruhi tidak jalannya mekanisme penyanggaan terhadap produksi pertanian oleh pemerintah. Di mana petani dibiarkan sendiri menentukan komoditas yang akan diproduksinya.

"Begitu produksinya banjir di lapangan, tidak juga dilakukan penyanggaan guna menstabilkan harga. Di sinilah kegagalan pemerintah dalam menjaga harga di petani. Tidak ada upaya agar produksi terserap. Ini kabar buruk bagi pertanian kita," katanya di Medan.

Harga cabai yang kini hanya Rp 5.000 per kg memang sangat dipengaruhi melimpahnya stok cabai di Sumut. Tahun ini, cabai dan bawang merah menjadi "anggota baru" dalam program swasembada.

Pengembangannya pun disokong dari dana upaya khusus (upsus) yang sebelumnya hanya untuk padi, jagung dan kedelai (pajale).

Sumut sendiri, menargetkan luas tanam cabai tahun 2017 seluas 37.101 hektare. Jauh di atas realisasi tanam di tahun 2016 seluas 8.271 hektare.

Menurut Rauf, kesalahan dalam pengembangan cabai secara besar-besaran adalah tidak ada ditentukan kemana produksinya akan dilempar setelah dikurangi kebutuhan di Sumut. Selain itu, pertanamannya pun dilakukan secara serentak sehingga berdampak signifikan pada ketersediaan stok.

Meski di satu sisi pengembangan cabai bagus terutama dalam meredam tingkat inflasi, namun petani sangat dirugikan. Karena jangan mendapatkan untung, untuk balik modal saja sudah sulit.

"Pemerintah dalam hal ini Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, harus mampu mencari solusi agar jangan sampai merugikan petani. Tidak boleh lepas tangan dan menyerahkan harga ke pasar saja. Swasembada justru harus menguntungkan petani, bukan sebaliknya," kata Rauf.

Suhendra, petani cabai di Batubara mengaku sudah sangat rugi sejak harga cabai jatuh.

"Panen memang sangat banyak. Padahal, jumlah konsumsinya tetap sama. Termasuk yang dari luar kota seperti Pekanbaru. Makanya ada petani di daerah ini yang tidak memanen cabainya. Karena takut tidak ada yang beli," katanya.

Dikatakan Suhendra, pertanaman cabai memang tidak boleh lagi dilakukan secara serentak. Dengan begitu, stok di pasar akan terjaga. Karena panen akan sesuai dengan kebutuhan. Jika itu diterapkan, harga di petani akan bisa terjaga.