SURABAYA - Sepertinya nama Tri Rismaharini tak pernah lepas dari polemik. Di dunia perpolitikan saat ini, Walikota perempuan pertama di Surabaya yang menjabat walikota bak putri cantik yang terlihat elok ditempatkan di mana saja.

Kabarnya, sejumlah parpol ngebet meminang sang putri untuk kepentinganya masing-masing. Begitu juga rencana pengajuan nama Tri Rismaharini pada kontestasi Pilgub Jatim oleh DPC PDIP Kota Surabaya, mendapat tentangan dari berbagai kalangan.

Hal itu seperti dilontarkan aktivis Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik Muhammadiyah Kota Surabaya. Ketua Lembaga Hikmah dan kebijakan Publik Muhammadiyah Kota Surabaya, Ach Zainul Arifin, menilai Risma tidak tepat bila memimpin Jatim.

Prestasi dan kinerja Risma yang sudah teruji lebih tepat jika memimpin dalam skala nasional. "Kepemimpinan yang sudah jalan jangan ditarik untuk kepentingan tertentu atau tersembunyi. Saya yakin Bu Risma tidak akan tergoda," kata H Ach Zainul Arifin kepada wartawan, Minggu (4/6/2017).

Mantan politisi PAN ini justru khawatir wacana pencalonan Risma sebagai rival Gus Ipul akan menjadi kegaduhan politik di Kota Surabaya, seperti halnya ketika Risma didorong-dorong maju melawan Ahok di Pilgub DKI Jakarta beberapa waktu lalu.

"Surabaya masih membutuhkan Ibu Risma, saya meyakini sebagian warga Surabaya ingin Bu Risma tetap memimpin kota ini. Lain lagi jika Bu Risma dipanggil untuk memimpin Indonesia," katanya.

Bagi pria yang biasa disapa Cak Ipin ini, tokoh sekaliber Risma sudah saatnya memimpin Indonesia, seperti di posisi presiden maupun wakil presiden. Dunia internasional hingga daerah-daerah di Tanah Air mengakui kerja keras Risma dan tekad antikorupsi yang jadi komitmen dan kebijakannya.

"Indonesia butuh pemimpin yang bekerja pakai hati. Tentu warga Surabaya akan bangga jika Bu Risma memimpin Indonesia. Warga Papua saja telah menobatkan sebagai Mama Risma. Ini bukti Bu Risma bukan pemimpin skala regional," tegasnya. ***