JAKARTA - Jaringan Intelektual Muda Islam (JIMI) menilai, setiap aktor yang mendukung Aksi Bela Islam (ABI) bakal dijadikan tersangka atau minimal akan tercoreng namanya dengan kasus akal-akalan atau rekayasa.

"Yang teranyar kita saksikan muncul nama Amien Rais yang dikaitkan dengan kasus Alkes. Sebelumnya kita juga sudah saksikan beberapa pimpinan aksi ABI dipanggil pihak kepolisian dengan tidak jelas pasal pelanggaran hukum," ujar Ketua Bidang Sosial Politik JIMI, Muamar dalam Pres releasenya, Jumat (2/6/2017).

Menurutnya, Investigasi JIMI ketika mengunjungi tersangka Makar, Ratna Sarumpaet pun menemukan kesimpulan yang sama.

Ratna Sarumpaet yang dijadikan tersangka kasus MAKAR hingga kini tidak terbukti. Jaringan Intelektual Muda Islam (JIMI) menemukan fakta bahwa Ratna Sarumpaet akan menjadi orator dalam aksi ABI 212. Hal itu yang dijadikan dalil pihak kepolisian.

Dalil yang lemah itu menurut dugaan JIMI merupakan langkah rezim untuk mencoreng nama aktor-aktor yang mensupport ABI. JIMI menilai rezim saat ini semakin panik, semakin tidak elegan dan tidak realistis sehingga asal saja dalam penetapan seseorang sebagai tersangka.

"JIMI dapat menyimpulkan, siapapun yang melawan atau menganggu Ahok akan berhadapan dengan hukum, akan dilibas. Sederetan nama tokoh nasional telah merasakan hal itu, bahkan ulama dijadikan tersangka untuk kasus yang diduga direkayasa Ahokers melalui website anonim," paparnya.

Tokoh nasional Sri Bintang Pamungkas, Rizal Ramli, Ahmad Dhani, bahkan cawagub terpilih Sandiaga Uno merupakan deretan tokoh yang telah merasakan bagaimana rezim saat ini sangat berpihak pada Ahok.

"Sri Bintang Pamungkas bahkan sempat mendekam dipenjara selama 75 hari hingga akhirnya dilepas karena tidak terbukti akan melakukan makar," tuturnya.

Dirinya juga menyangkan pihak-pihak yang menangkap tanpa bukti kemudian tidak meminta maaf maupun diproses secara hukum, padahal tindakan itu telah mencoreng nama baik orang lain. JIMI berharap aparat penegak hukum bersama rakyat bukan menjadi musuh bagi rakyatnya sendiri.

"Saat ini demokrasi kita seperti rezim otoriter, rezim yang tidak menghormati hukum dan malah menggunakan hukum untuk menghabisi lawan-lawan politiknya. JIMI sangat menghimbau kepada tokoh-tokoh politik dan ulama yang cinta tanah air bersatu untuk mengambil alih kekuasaan," paparnya.

JIMI memandang tak perlu menunggu 2019 untuk memperbaiki kondisi negara. "Semoga para patriot bangsa masih ada, ulama jangan hanya dakwah fiqih namun sudah saatnya bersama umat bergerak lebih maju guna menyelamatkan bangsa dan negara ini," pungkasnya. ***