MEDAN-Pedoman pelaksanaan program peremajaan (replanting) tanaman kelapa sawit sudah kelar dan kini tinggal menunggu Peraturan Menteri Keuangan (PMK) untuk pencairan dananya.

Meskipun molor dari target pelaksanaan di awal tahun 2017, namun petani sawit kini bisa berharap replanting bisa segera jalan.

"Replanting sawit memang bisa dibilang mandeg setelah pelaksanaan awalnya dari Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDP-KS) beralih ke Kementerian Pertanian (Kementan). Apalagi setelah itu harus ada pedoman dalam pelaksanaannya. Tapi dengan sudah kelarnya teknis pelaksanaan, tentunya diharapkan segera jalan," kata Ketua Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Sumut Gus Dalhari Harahap di Medan.

Secara nasional, program replanting ditargetkan akan meremajakan sekitar 1,5 juta hektare sawit rakyat. Sementara di Sumut, targetnya 100.000 hektare atau sekitar 25% dari total luas perkebunan rakyat yang mencapai 400.000 hektare.

Pedoman umum yang baru rampung tersebut berisi tentang pelaksanaan replanting sawit. Diantaranya bagaimana replanting dilaksanakan, model replanting sesuai dengan lahan masing-masing petani, apakah ada tanaman sela, jaminan hidup petani, financial, dan lainnya.

Gus mengatakan, peralihan dari BPDP-KS ke Kementan karena segala urusan petani harus melalui lembaga tersebut. Tidak terkecuali program-program seperti replanting ini.

Sejauh ini, kata dia, memang belum ada informasi kapan dana replanting bisa cair. Tapi petani berharap secepatnya agar peremajaan bisa segera dilakukan. Apalagi kini produktivitas tanaman sawit rakyat masih rendah. Jauh di bawah produktivitas perusahaan perkebunan.

Pengamat ekonomi Sumut Gunawan Benjamin mengatakan, penundaan pelaksanaan replanting akan membuat banyak pihak dirugikan.

Meski sejauh ini harga minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) masih belum menunjukkan kenaikan secara konstan dan signifikan, namun jika berekspektasi di tiga tahun mendatang tentu banyak hal yang mungkin terjadi. Termasuk dengan kemungkinan kenaikan harga sawit itu sendiri.

"Makanya semakin lama replanting selesai, semakin banyak pula peluang dimasa yang akan datang yang terbuang. Juga semakin sedikit multiplier effect yang bisa didapatkan dalam waktu dekat. Itu harus menjadi pertimbangan untuk mempercepat plaksanaan replanting," katanya.

Memang kata Gunawan, replanting belum akan memberikan manfaat yang besar jika segera terealisasi. Terlebih disaat harga CPO masih murah seperti sekarang ini.

Masa produktif tanaman sawit dimulai sejak usia tiga tahun. Dan di usia tersebut, memang akan memberikan efek besar terhadap penambahan sisi persediaan secara nasional. Apalagi jika target 1,5 juta hektare tersebut dilakukan secara serentak.

Suplai yang melimpah bisa menambah sisi pasokan dan harga berpotensi tertekan. Namun melihat ekspektasi pertumbuhan ekonomi global tiga tahun mendatang itu relatif lebih baik dibandingkan saat ini.

"Jadi sebenarnya ada keuntungan jika kita bisa merealisasikan replanting guna mengantisipasi kemungkinan kenaikan permintaan di masa yang akan datang," pungkas Gunawan.