MEDAN-Keterbatasan ekonomi mengakibatkan Dede Q (1,6) merintih kesakitan sejak lahir. Anak dari pasangan suami istri, Adi (40) dan Teni Rahmawati (37) ini terperangkap di dalam penderitaan sejak lahir, akibat sumbing total dan serta tidak memiliki hidung.

Pantauan, bayi berjenis kelamin laki-laki ini, bernafas tidak dengan hidung. Tetapi, langsung melalui tenggorokan.

Selain tidak memiliki hidung dan bibir bagian atas, juga tak memiliki langit-langit mulut, seperti ketika ditemui di Rumahnya, Jalan Kelambir V, Gang Sidorukun B, Kecamatan Hamparan Perak, Kelurahan Kelambir Kebon, Kabupaten Deliserdang.

Kondisi wajah Dede kelahiran, medan 29 November 2015 ini tampak berbeda dari bayi normal lainnya. Bagian kening membesar serta menonjol ke bagian depan. Jidadnya teramat lembek.

Menurut Ibunya, Teni, sejauh ini, dia dan suaminya hanya bisa berupaya dan bekerja keras demi kesembuhan anaknya. Namun, penghasilan mereka masih jauh di bawah standard sehingga tidak mampu membawa anaknya berobat lebih lanjut.

"Belum ada yang bisa lebih kami lakukan, kami hanya bisa berupaya semampu kami. Karena untuk makan pun kami masih kesulitan, ditambah bayar sumah sewa 400 ribu rupiah perbulan,"keluhnya.

Perempuan berambut pendek ini menceritakan, adapun upaya yang sudah mereka lakukan hanya dengan membawa Dede ke Rumah Sakit Murni Teguh.

"Itu pun karena ada yayasan yang sempat membantu mereka,"jelasnya.
Dikisahkannya, sesuai keterangan Dokter berobat di Rumah Sakit Murni Teguh, Putranya dunyatakan terkena 'Hidro Sapalus' dan Bibir Sumbing total.

"Scan dari Rumah Sakit Murni Teguh, kata dokter dia menderita Hidro Sapalus. Ada cairan di dalam kepala yang kalau dibiarkan bisa membuat hilang ingatan," ujarnya menirukan ucapan dokter.

Suaminya, yang hanya pekerja bangunan tidak bisa berpenghasilan tetap, kata Teni. Namun, ia bertekad tetap berupaya dan tidak menyerah demi kesembuhan putra bungsunya.

"Kami nggak tega, dan kalau punya uang pastilah sudah kami bawa berobat. Tetapi anak kami pasti sembuh,"katanya sambil berusaha membendung air matanya.

Perempuan yang mengenakan baju kaos warna abu-abu ketika ditemui itu, mengisahkan keseharian penderitaan Dede. Saat Dede demam, yang dapat mereka lakukan hanyalah membeli obat di warung, karena harga masih terjangkau.