KOMISIONER Komnas HAM, Natalius Pigai terancam sidang etik lembaganya. Ancaman itu datang ketika pria asal Papua itu merespon aspirasi sebagian umat Islam yang melaporkan dugaan kriminalisasi ulama dan aktivis. Komisioner Komnas HAM termuda yang dikenal kritis terhadap pemerintah itu menanggapi santai ancaman sidang etik. Sebaliknya justru Pigai menuding sejumlah komisioner tidak independen dan mau diintervensi penguasa. Pigai yang memotori penuntasan dugaan upaya kriminalisasi ulama dan aktivis mendapat dukungan penuh sejumlah alumni 212.

Namun bagi Pigai langka tersebut mendapat dukungan atau tidak, dikembalikan kepada masyarakat. Tugasnya, hanya menjalankan amanat UU tidak diskriminasi terhadap agama tertentu. Dan tidak bisa diintervensi.

“Saya tidak pernah minta (didukung), tapi rakyat Indonesia bukan orang bodoh. Ketika saya tengah menjalan tugas disebut melanggar etik,” kata dia. “Kalau rakyat ada yang marah, ya jangan kaget,” tambahnya.

Ketua Presidium Alumni 212 Ustadz Ansufri Idrus Sambo menilai usulan sidang dewan etik terhadap Natalius Pigai yang tengah menjalankan tugasnya menuntaskan dugaan upaya kriminalisasi ulama dan aktivis merupakan bentuk intervensi. Ia pun mempertanyakan sikap anggota Komnas HAM yang mengusulkan sidang etik terhadap Pigai.

“Pak Pigai sudah bekerja secara professional dan proporsional, jelas kami pertanyakan usulan sidang etik tersebut,” tegasnya, Kamis (18/5/2017).

Untuk itu, tambah Sambo pihaknya akan kembali membawa massa alumni 212 ke kantor Komnas HAM sebagai bentuk dukungan terhadap Natalius Pigai, untuk tidak ragu mengusut dugaan kriminalisasi itu.

“Besok kami kembali mendatangi Komnas HAM, memberikan dukungan penuh untuk Natalius Pigai. Sekalian mendesak anggota Komnas HAM yang beseberangan dengan Pak Pigai lebih baik mundur, karena sudah tidak netral bahkan terindikasi diintervensi penguasa saat ini,” tandasnya.