MEDAN-Kebijakan pemerintah membatasi impor tekstil akan berimbas pada kenaikan harga. Di sisi lain, langkah tersebut dinilai bisa "menolong" dan mendorong pabrik menjadi lebih maju. Namun, sayangnya, sejauh ini tidak sedikit pengusaha yang mengaku belum mengetahuinya.

Dari sejumlah toko tekstil yang disambangi MedanBisnis, hampir semua mengaku belum mengatahui kebijakan tersebut. Seperti Palar, pengusaha tekstil di Jalan Perniagaan mengaku belum mengetahui kebijakan akan pembatasan impor tekstil, karena sejauh ini untuk impor tidak ada kendala yang berarti.

"Kita belum tahu soal itu. Sejauh ini masih biasa saja," ujar Palar yang mengaku mayoritas tekstil yang dipasarkannya merupakan barang impor terutama dari India. Impor tekstil tersebut juga tidak mereka lakukan langsung, melainkan melalui imporir.

"Kalau itu diberlakukan, kita tidak tahu ya seperti apa pengaruhnya. Yang tahu itu, pasti importirnya. Karena imporirnya yang langsung ambil dari pabrik," tambahnya.

Baim pengelola tekstil lainnya di Jalan Perniagaan juga mengatakan hal senada. Sejauh ini sebutnya, untuk harga tekstil masih biasa saja. Sementara kebijakan pemerintah yang akan pembatasan impor tekstil ini dia mengaku belum mengetahuinya. "Kita belum tahu, soal itu," ujarnya.

Tidak jauh berbeda dengan Erni pegawai sebuah toko tekstil di Jalan Perniagaan. "Kalau soal itu, kita tidak tahu. Kita nggak ngerti, disuruh jual ya jual aja," ujarnya. Demikian halnya dengan Tono, pegawai toko tekstil lainnya. Pihaknya juga belum mengetahui kebijakan pemerintah yang akan melakukan pembatasan impor tekstil.

Secara terpisah, Wakil Ketua Bidang Perdagangan Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Sumatera Utara, Afif Abdillah mengaku baru mendengar sekilas tentang pembatasan impor tekstil ini. "Kita baru dapat info sekilas, detailnya belum tahu seperti apa, apakah bahan saja yang dibatasi, bahan jadi atau bagaimana," ujarnya.

Namun, sambungnya, jika pembatasan ini benar-benar diterapkan, akan mempengaruhi harga. "Di satu sisi produsen kita lebih baguslah. Tapi disisi lain, pasarnya kurang bagus, karena harganya bisa naik," ujarnya.

Karena, sambungnya, tidak semua bahan baku tersedia di Indonesia. Sebab ada sejumlah bahan untuk tekstil yang harus impor, karena di Indonesia belum ada manufakturnya. "Kalau bahan baku yang dibatasi agak payah, karena ada beberapa bahan yang tidak bisa diproduksi dan ditemukan di Indonesia. Kalaupun ada, tetap aja bahan bakunya harus diimpor," ujarnya.

Jika, sambungnya, keduanya dibatasi, akan memberikan pengaruh pada harga. Karena bahan baku secara otomatis lebih besar."Ini akan berimbas ke harga dan kualitas," ujarnya.

Memang kebijakan ini akunya, hal tersebut bisa menolong pabrik untuk lebih maju lagi. Karena dengan keputusan tersebut, otomatis orang akan langsung ke pabrik di Indonesia dan tidak lagi ke luar negeri. Namun tetap saja masalahnya di harga jual, di samping kesiapan pabrik untuk menampung orderan. Karena otomatis pengusaha sudah tidak bisa lagi ngambil barang dari luar.

Selain berimbas pada harga akan naik, hal ini juga akan membuat harga tinggi. Karena permintaan yang tinggi. Namun jika pabrik bisa mengimbangi produksi berapa kali lipat, mungkin harganya akan balik lagi. Karena persaingan itu yang membuat harga jatuh, dan membuat harga rendah.