MEDAN-Harga karet di tingkat petani kembali anjlok dan kini hanya berkisar Rp 7.500 per kilogram (kg). Padahal pekan lalu, masih bertengger di level Rp 8.600 per kg. Anjloknya harga karet membuat petani kecewa karena untungnya kian menipis.

"Harganya turun lagi dan ini memang sesuai perkiraan banyak pihak. Tapi tidak menyangka turunnya hampir Rp 1.000 per kg," kata Suparno, petani karet di Langkat.

Penurunan harga karet, katanya, membuat petani semakin jauh untuk mendapatkan harga idealnya yang sebesar Rp 10.000 per kg. Karena dengan harga kebutuhan pokok saat ini, maka Rp 7.500 per kg masih sangat kecil dan petani sulit untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari.

Petani memang sangat kecewa dengan tren harga karet belakangan ini. Karena harga di tingkat petani sempat menyentuh level Rp 13.000 per kg pada Januari 2017.

"Karenanya, petani sangat berharap pemerintah memperhatikan mereka karena banyak yang mengandalkan tanaman karet sebagai sumber pendapatan utamanya," kata Suparno.

Berbeda dengan harga di tingkat petani, harga karet di pasar global mengacu kepada Tokyo Commodities Exchange (TOCOM), ada kenaikan harga karet pada hari ini. Harganya diperdagangkan di kisaran 221 Yen per kg. "Namun kenaikannya sangat kecil dan belum mencerminkan fundamental yang kuat sehingga masih rawan akan terjadi penurunan," kata pengamat ekonomi Sumut Gunawan Benjamin.

Terkait penurunan harga di tingkat petani, kata Gunawan, dipengaruhi libur panjang di sejumlah negara Asia seperti Tiongkok, Vietnam, Thailand dan Filipina yang memang sangat potensial menggiring harga karet ke level rendah.

Pekan ini, kata Gunawan, harga karet sepertinya tidak akan beranjak jauh dari posisi saat ini. Karena itu, harga di tingkat petani masih sulit untuk naik. Terlebih nantinya ada libur panjang di Jepang yang bisa membuat harga karet tidak beranjak jauh dari harga saat ini.

Ditambah lagi ekspektasi untuk harga karet diyakini masih tertekan seiring masih membludaknya sisi pasokan yang sangat berpeluang menekan harga. Pelaku pasar, kata Gunawan, masih menantikan perkembangan global sebelum memperkirakan ekspektasi perkembangan harga karet ke depan. Sejauh ini, ekspektasi pertumbuhan ekonomi global diperkirakan naik. Namun satu hal yang mengganjal, banyak analis yang tidak optimis bahwa perekonomian Tiongkok akan mengalami pemulihan di tahun 2017 dan 2018. "Ini sangat mengganggu harga karet ke depan," pungkas Gunawan.