MEDAN-Harga sejumlah produk pangan belakangan mengalami penurunan terutama cabai. Bahkan penurunannya terjadi secara drastis sehingga berdampak signifikan terhadap pendapatan petani.

Penurunan ini pun menjadi ancaman bagi tingkat kemampuan atau daya beli petani. Sebab, biaya atau modal yang mereka keluarkan lebih besar dibandingkan harga produknya.

"Penurunan harga pangan memang akan sangat mempengaruhi daya beli petani. Apalagi belum ada kepastian harganya akan membaik. Karena disaat bersamaan, daya beli masyarakat juga ikut melorot sehingga daya serap produk pangan rendah," kata pengamat ekonomi Sumut Gunawan Benjamin di Medan.

Gunawan melihat, petani Sumut akan sulit memperoleh pendapatan yang lebih baik. Pasalnya, penurunan harga pangan ini sepertinya akan berlangsung hingga menjelang ramadhan nanti. Memang sudah ada yang mulai mengalami kenaikan seperti bawang merah. Namun masih ada kemungkinan penurunan harga jika konsumsi rendah di saat panen di sejumlah daerah.

Daya beli, kata Gunawan, memang belum mengalami pemulihan. Namun komoditas pangan ini bisa saja mengalami kenaikan menjelang ramadhan.

Karena itu, harus tetap diupayakan ketersediaan pasokan serta manajemen pengendalian harga di pasar maupun di tingkat petani.

Dengan pengendalian harga, kata Gunawan, maka daya beli petani juga akan bisa terjaga. Suhendra, petani cabai di Langkat mengaku sangat rugi setelah harganya terus melorot dua bulan belakangan. "Kami bahkan sulit menutupi biaya produksi.

Karena jika harganya di bawah Rp 20.000 per kg, petani belum untung. Padahal belakangan harga cabai hanya berkisar Rp 10.000 hingga Rp 12.000 per kg," katanya.

Petani, kata dia, sangat berharap ada perhatian pemerintah. Karena jika petani harus mengeluarkan modal lebih besar dari harga produk yang dihasilkan, maka petani akan kolaps.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, Nilai Tukar Petani (NTP) Sumut turun 0,03% dari 99,80 pada bulan Februari menjadi 99,77 pada Maret 2017. Penurunan disebabkan turunnya NTP subsektor tanaman pangan (padi dan palawija) sebesar 0,41% menjadi 94,55.

Kemudian NTP subsektor hortikultura turun 0,07% menjadi 94,94, subsektor peternakan turun 0,26% menjadi 111,02 dan subsektor perikanan turun sebesar 0,52% menjadi 102,57.