SERDANG BEDAGAI – Tradisi Tionghoa hari Cheng Beng dalam bahasa Mandarin adalah Qingming di mana orang Tionghoa datang beramai-ramai untuk pergi kepemakaaman orangtua atau ke leluhur untuk memberikan doa dengan upacara penghormatan.

Hal itu diungkapkan Mimi (48) warga Rampah kini berdomisili di Medan saat melaksanakan sembahyang Ceng Beng di kuburan Tionghoa di Desa Firdaus, Kecamatan Sei Rmpah, Serdang Bedagai (Sergai), Minggu (2/4) sekira jam 11.00 wib.

“Satu keluarga kami ada dari Medan, Malaysia kumpul dan ziarah di kuburan orangtua dan ke leluhur,” ujar Mimi.

Menurut pemilik salon di Medan ini, Cheng beng merupakan salah satu dari 24 Jieqi ditentukan berdasarkan posisi bumi terhadap matahari. Bila kita artikan kata Cheng beng, maka Cheng berarti cerah dan Beng artinya terang sehingga bila digabungkan maka Chengbeng berarti terang dan cerah.

“Di kuburan biasannya upacara penghormatan dilakukan membersihkan kuburan, bakar lilin, hio dan menebarkan kertas sampai dengan membakar kertas sering dikenal dengan Gincua dalam mandarin Yinzhi (kertas perak),” bilangnya.

Menurutnya, pada dinasti Tang, para pejabat hari cheng beng wajib menghormati para leluhur telah meninggal, berupa membersihkan kuburan para leluhur, sembahyang dan lain-lain.

“Kalau sudah sembahyang hati kita tenang dan tidak resah terasa nyaman menjalani hidup ini,” terang Mimi.