MEDAN - Harga karet di tingkat petani masih bertahan di level Rp 10.000-an per kilogram (kg). Harga ini berbeda dengan prediksi sebelumnya di mana harga karet bisa tembus hingga Rp 13.000 per kg pada triwulan I tahun ini.

Namun pergerakan mata uang Yen membuat harga karet kerap berfluktuasi dan mempengaruhi karet global. Kondisi ini pun berdampak pada harga yang diterima petani.

"Harga karet di level Rp 10.000 per kg sebenarnya sudah termasuk harga ideal. Artinya, petani sudah mendapatkan keuntungan setelah menyisihkan biaya produksi," kata Suparno, petani karet di Kabupaten Langkatdi Medan.

Pergerakan harga karet yang menunjukkan tren bagus sejak bulan September 2016 memang membuat petani ber-ekspektasi tinggi. Terlebih di bulan Januari 2017, harganya bisa tembus Rp 11.800 per kg. Sehingga ada perkiraan harganya akan menyentuh Rp 13.000 per kg.

Karena jika harganya naik terus, petani akan bisa melakukan pemupukan setelah hampir tiga tahun absen. Hal itu berdampak pada produksi yang mengalami penyusutan sekitar 20% dan membuat petani karet semakin kesulitan.

"Makanya saat harga bagus, tentu harapannya akan naik terus. Tapi masih bertahan di Rp 10.000-an per kg. Sebenarnya jika harga stabil di Rp 10.000 per kg, akan lebih bagus. Namun ini kan tidak. Ada kemungkinan harganya turun lagi meski bisa juga akan naik," kata Suparno.

Harga karet yang bertahan di petani di level Rp 10.000-an per kg kemungkinan akan berubah setelah kinerja harga karet dunia anjlok akibat tren penguatan mata uang Yen Jepang dalam beberapa hari terakhir. Harganya anjlok ke level 250 Yen per kg.

"Pelemahan ini memang nantinya akan membebani para petani kita karena harga karet tersebut akan memberikan tekanan lanjutan di tingkat petani," kata pengamat ekonomi Sumut Gunawan Benjamin.

Mata uang Yen jepang sendiri masih terus menguat dikisaran 111 per dolar Amerika Serikat (AS). Secara teknikal, kata Gunawan, harga karet dunia sudah mencapai titik support-nya. Artinya secara teknikal karet bisa berbalik menguat.

Sayangnya, faktor fundamental menjadi kondisi yang terkadang lebih banyak mempengaruhi harga karet dunia. Di mana sebelumnya tren harga karet ini banyak tertekan akibat penurunan harga minyak mentah dunia.

Namun belakangan, harganya justru banyak didominasi pergerakan mata uang Yen Jepang.

Di mana terjadi tekanan yang cukup besar pada mata uang dolar AS. Setelah sebelumnya Donald Trump gagal untuk mengumpulkan pendapat terkait pencabutan program Obama Care.

"Kita berharap tidak terjadi pelemahan lanjutan pada harga karet. Dan kita berharap sejumlah faktor yang mempengaruhi khususnya dari sisi permintaan tidak mengalami penurunan. Karena sisi permintaan tersebut khususnya dari negara besar seperti China menjadi ancaman serius bagi ekspektasi kinerja harga karet dalam jangka menengah panjang," kata Gunawan.