MARTAPURA - RZ (16) meregang nyawa setelah dikeroyok empat warga binaan Lembaga Pemasyarakatan Anak (LPA) Kelas I Martapura, Kabupaten Banjar, Sabtu (4/3) malam.

Pengeroyokan terjadi ketika pintu tahanan dibuka karena warga binaan akan melaksanakan salat Maghrib berjamaah.

RZ yang baru dua pekan menjadi penghuni lapas tiba-tiba digiring MR (17) menuju pintu utama blok anak. MR merupakan tahanan pendamping di blok anak tersebut.

Saat RZ dan MR menuju pintu utama, ada tiga anak didik lapas (andikpas) yang mengikuti. Ketiganya adalah AD (17), RO (17), dan ND (17).

Sesampainya di depan pintu utama, korban beradu mulut dengan MR.

Merasa dilawan oleh anak baru, MR yang masa tahanannya hanya tersisa tujuh hari langsung memukul korban. AD, RO, dan ND juga diduga ikut memukuli korban.

Akibat pengeroyokan tersebut, RZ langsung pingsan.

"Saat kami ke tempat kejadian korban masih pingsan, lalu kami bawa ke klinik lapas. Namun, nyawanya tidak tertolong," kata Kasi Penindakan, Pengawasan dan Penegakan Disiplin Gusti Iskandar Syah, Minggu (5/3/2017).

Dia mengaku heran RZ bisa meninggal karena di tubuh korban tak ada luka serius. "Mungkin salah satu anak ada yang memukulnya tepat di daerah vital," katanya.

Setelah kejadian, petugas jaga langsung melapor kepada kepala lapas yang saat itu berada di luar kota.

Mendengar ada pengeroyokan, Kalapas Tri Saptono Sambudji langsung menghubungi anggota Polres Banjar.

"Langsung saya telepon pihak kepolisian, untuk mengamankan lapas. Malam itu juga mereka langsung datang," katanya.

Saat ini, keempat anak yang diduga terlibat dalam pemukulan masih berada dalam LPA Anak.

Namun, ditempatkan di sel terpisah sehingga tidak bisa berkomunikasi antartersangka.

"Mereka kami tahan di sel isolasi, sambil menunggu proses yang dilakukan Polres Banjar," ujar Tri.

Dia menambahkan, pengeroyokan terjadi karena pelaku ingin memberi pelajaran kepada RZ.

"Keempat anak itu tak menyangka kalau pemukulan itu menyebabkan korban tewas," jelasnya. (jpnn)