BANDA ACEH - 17 orang pasien terinfeksi virus difteri yang di rawat Rumah Sakit Umum Zainal Abidin (RSUZA), dua di antaranya meninggal dunia. Wakil Direktur RSUZA, Azharuddin,‎ mengatakan, penyakit tersebut merupakan penyakit serius hingga dapat mengancam jiwa apabila tidak segera ditangani.

Difteri merupakan penyakit yang menyerang selaput lendir pada hidung serta tenggorokan dan terkadang dapat memengaruhi kulit. "Penyakit ini merupakan penyakit menular dan termasuk infeksi serius," ujar Azharuddin, Senin (20/2/2017).

Dia melanjutkan, ‎dari 17 pasien yang telah menjalani perawatan di RSUZA , sepuluh pasien sudah ditangani dan dipulangkan. “Sedangkan dua orang pasien lainnya yang merupakan anak-anak, meninggal dunia karena tidak bisa kita selamatkan dan saat ini tinggal lima pasien lagi yang harus menjalani perawatan serius di ruang RHCU‎,” katanya.

Baca Setelah Jawa Timur, Aceh Timur Terbanyak Kasus Difteri

Kelima pasien tersebut merupakan pasien rujukan dari Lhokseumawe, Aceh Timur, Aceh Utara dan Pidie. Para pasien itu harus menjalani perawatan intensif.

Dia menjelaskan, penyakit Difteri ini merupakan penyakit menular, bisa dari saat berbicara, napas dan batuk. Hal ini juga dikarenakan proses pemberian imuniasi yang belum merata di sejumlah daerah.

"Penyakit ini biasa terkena pada orang yang berumur di bawah 18 tahun dan kebanyakan dialami pada anak-anak. Di Aceh ini merupakan salah satu penyakit yang luar biasa. Difteri ini juga digolongkan kasus luar biasa dan menyita perhatian kita, pasien harus menjalani perawatannya di ruang isolasi," jelasnya.

Baca Dua Remaja dari Aceh Diduga Terinfeksi Virus Menular Difteri

Sementara itu, salah seorang orang tua pasien, Bachtiar mengatakan, bahwa anaknya bernama Nabila (20) mahasiswa asal Lhokseumawe, menderita difteri sudah hampir 20 hari.  "Gejala awalnya Nabila hanya demam biasa namun tiba-tiba mengeluarkan air liur berbusa, setelah itu saya langsung membawa dia ke Rumah Sakit Cut Mutia," ujar Bachtiar‎.