DOLIFAR Manurung, Kapolres yang telah mengabdi di Inhil lebih kurang lima bulan ini selalu membawa diri dengan rendah hati dan tidak terlalu ceremonial ketika bertemu siapa saja.

Seperti saat ditemui GoRiau.com di ruang kerjanya di Mapolres Inhil, ayah dari tiga anak itu dengan santai mengobrol dan sama sekali tidak memperlihatkan bahwa ia adalah seorang Ajun Komisaris Besar Polisi yang memiliki jabatan tertinggi di wilayah hukum Inhil.

Apa yang dilakukannya itu, dikatakan Wakapolres pertama di Parigi Moutong, Polda Sulawesi Tengah itu sebagaimana yang telah diajarkan ibunya, untuk menjadi orang yang rendah hati dan tidak bersifat sombong.

Lahir dari pasangan B Manurung dan T Marpaung di Peranap Inhu, 07 Desember 1974, Dolifar kecil dibesarkan di lingkungan yang harmonis.

Ayah (alm) dan ibunya yang seorang PNS, membuat anak pertama dari tiga bersaudara itu tidak kekurangan materi maupun kasih sayang semenjak ia kecil.

''Saya termasuk orang yang beruntung, karena banyak orang harus melalui berbagai kisah pahit dalam hidup,'' sebut lulusan SDN 004 Tembilahan ini.

Ibunya merupakan seorang guru dan ayahnya adalah PNS di Dinas Kehutanan Inhil. Saat kecil, ia dan keluarganya tinggal di Jalan M Boya Tembilahan.

''Rumah saya kemarin tepat di sebelah rumah dinas Kapolres, saya juga tidak menyangka akhirnya saya menjadi Kapolres,'' lanjutnya.

https://www.goriau.com/assets/imgbank/21012017/3jpg-5526.jpgSaat bertugas sebagai Kasat Intel di Timor Timur

Setelah lulus SD, pria yang sejak kecil bercita-cita menjadi tentara itu, melanjutkan sekolah di SMPN 2 Tembilahan (sekarang SMPN 1 Tembilahan) dan setelah lulus, ia melanjutkan pendidikan di SMA Taruna Nusantara Jawa Tengah.

''Cita-cita pertama kali ingin menjadi tentara karena ikut-ikutan teman pada saat itu menjadi tentara yang paling ngetrend. Tapi tuhan mengatakan saya untuk jadi polisi, katika saya masuk ke Sakabri saya lulusnya di kepolisian, tidak mungkin saya tolak ya jadi saya ikuti sampai selesai,'' ujar Dolifar.

Ketika lulus pada tahun 1996, Dolifar langsung ditugaskan di Kota Los Talos, Kabupaten Lautem, Timur-timur, ketika itu, ia masih Pamapta I.

Lima bulan kemudian, ia diangkat menjadi Kapolsek Moro di Kabupaten Lautem, dan sepuluh bulan kemudian ia kembali diangkat menjadi Kasat Intelpampol Polres Lautem.

Ketika sudah 1,1 tahun menjadi Kasat di Timor Timur, Dolifar dimutasi ke Polda Jawa Timur, disana ia ditugaskan menjadi Kapolsek Padas Polres Ngawi dan empat tahun kemudian ia dipercaya menjadi Kasatlantas Polres Ponorogo.

https://www.goriau.com/assets/imgbank/21012017/2jpg-5525.jpgBersama istri dan guru-guru yang pernah mengajarnya.

2,5 tahun kemudian, tepatnya tahun 2015, suami dari dr Nelly R Marpaung ini diangkat menjadi Wakapolres Parigi Moutong di Sulawesi tengah.

Selama enam tahun, ia mengabdi di Polda Sulawesi Tengah, dari menjadi Wakapolres pertama di Parigi Moutong, Kanit I/Ekbud Sat Opsnal B Ditintelkam, Wakaden 88/AT Ditreskrim hingga Kasubnit I/Kamneg Ditreskrimum.

''Waktu itu saya masih AKP tapi saya ditempatkan sebagai Wakapolres. Memang pada saat itu Polresnya masih Polres persiapan, jadi waktu itu saya Wakapolres pertama di sana,'' lanjutnya.

Pada tahun 2011, pria yang bisa berbahasa batak, jawa dan banjar ini di mutasi ke Bareskrim Polri, selama tiga tahun di sana, ia menjadi Kasubnit V Subdit II Dittipditkor dan Kanit 1 Subdit II Dittipditkor, hingga akhirnya, Agustus 2016 ia diangkat menjadi Kapolres di Inhil.

Pengalaman Ditugaskan di TimorTimur

Selama tiga tahun, Dolifar ditugaskan di Timor Timur yang saat itu masih masuk wilayah Indonesia, saat bertugas di sana, ia mengatakan demo hingga bakar-bakaran ditemuinya karena saat itu dalam masa Timor Timur ingin berpisah dari Indonesia.

''Dulu saya sama-sama dengan Kapolres Kuansing berdinas di Los Talos, dia sebagai Kasatreskrim saya Kasat Intel,'' sebutnya.

https://www.goriau.com/assets/imgbank/21012017/4jpg-5524.jpgSaat acara Nusantara Bersatu

Sampai dengan jajak pendapat, dikatakannya ia masih bertugas di sana, dimana pada saat itu jajak pendapat masyarakat berdemo untuk memilih jadi Indonesia atau memilih merdeka dan akhirnya hasil jajak pendapat bahwa masyarakat Timor Timur memilih merdeka serta memisahkan diri dari indonesia.

Bertemu Istri Saat Syukuran di Rumah Orangtuanya

''Ketemu istri pas dia di depan saya,'' sebut Dolifar seraya bercanda saat ditanya kapan bertemu ibu dari anak-anaknya.

Dolifar mengingat, ia bertemu istrinya saat acara syukuran di rumah orangtuanya yang terletak di Pekanbaru, pertemuan pertama itu yang kemudian membuat mereka saling jatuh cinta dan akhirnya menikah pada 12 Desember 2003.

Dari pernikahan dengan istrinya yang berprofesi sebagai dokter itu, Dolifar dikaruniai tiga orang anak yaitu Graciel Iva Nara Manurung (kelas 6 SD), Samuel Christofer Luhut Manurung (kelas 3 SD) dan Margareth Elsyelina Farnell M (10 bulan).

https://www.goriau.com/assets/imgbank/21012017/1jpg-5523.jpgBersama guru yang mengajarnya saat di SMP.

Ditemani orang-orang yang dicintainya, Dolifar mengaku akan tetap bersifat rendah hati, sebagaimana yang telah diajarkan kedua orangtuanya.

''Pesan orangtua itu yang selalu saya ikuti hingga kini, jangan sombong, itu saja kuncinya,'' tutup Dolifar Manurung. ***

https://www.goriau.com/assets/imgbank/22012017/kapolresjp-5527.jpgKapolres Inhil, AKBP Dolifar Manurung bersama istri dan anak.