MEDAN - Harga Crude Palm Oil (CPO) semakin membaik atau mencapai Rp9.140 per kg pada tender Kantor Pemasaran Bersama (KPB) PT Perkebunan Nusantara, sejak (9/1/2017).
"Bisnis CPO semakin membaik karena selain harga, permintaan juga meningkat," kata Ketua Gabungan Perusahaan Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Sumut, Setia Dharma Sebayang di Medan, yang ditulis Minggu (15/1/2016).
Menurut dia, bagusnya harga dan permintaan dampak banyak faktor termasuk perekonomian global yang membaik. Bahkan di Rotterdam, harga CPO berada pada posisi 810 dolar AS per metrik ton. Sementara untuk di Indonesia harga dan permintaan CPO diprediksi akan terus atau bertahan membaik. BACA JUGA Bahan Bakar Minyak Solar Langka di Medan Perampok Pulomas Sempat Minta Diturunkan di Terminal
Kepala Bidang Statistik Produksi BPS, Bismark Saor Pardamean Sitinjak menyebutkan, pada 2016 hingga November, ekspor golongan barang itu turun 0,84 persen dari 2015 atau menjadi 2,996 miliar dolar AS. "Penurunan nilai devisa cenderung karena harga jual yang kenaikannya masih belum maksimal," tutupnya.
Menurut dia, bagusnya harga dan permintaan dampak banyak faktor termasuk perekonomian global yang membaik. Bahkan di Rotterdam, harga CPO berada pada posisi 810 dolar AS per metrik ton. Sementara untuk di Indonesia harga dan permintaan CPO diprediksi akan terus atau bertahan membaik. BACA JUGA Bahan Bakar Minyak Solar Langka di Medan Perampok Pulomas Sempat Minta Diturunkan di Terminal
Perampok Pulomas Sempat Minta Diturunkan di Terminal - See more at: https://www.www.gosumut.com/berita/baca/2017/01/01/perampok-pulomas-sempat-minta-diturunkan-di-terminal/#sthash.aA4oPr27.dpuf
"Dengan harga dan permintaan yang membaik diharapkan devisa Sumut dari CPO juga semakin meningkat," ujar Setia.
Dari data Badan Pusat Statiatik (BPS) Sumut, pada tahun 2016, ekspor CPO yang masuk dalam golongan barang Lemak dan Minyak Hewan/Nabati Sumut pada 2016 masih turun meskipun penurunannya semakin kecil dibandingkan 2015.Kepala Bidang Statistik Produksi BPS, Bismark Saor Pardamean Sitinjak menyebutkan, pada 2016 hingga November, ekspor golongan barang itu turun 0,84 persen dari 2015 atau menjadi 2,996 miliar dolar AS. "Penurunan nilai devisa cenderung karena harga jual yang kenaikannya masih belum maksimal," tutupnya.