JAKARTA - Nama Bahrun Naim mencuat sejak teror bom di kawasan pusat perbelanjaan Sarinah, Jakarta Pusat, awal 2016.

Ia merupakan simpatisan ISIS asal Indonesia yang menetap di Suriah sejak 2014 lalu.

Bahrun disebut mendalangi beberapa aksi terorisme yang dilakukan sejumlah kelompok radikal di Indonesia.

Empat penangkapan terduga teroris di berbagai tempat, Rabu (21/12/2016) kemarin, juga disinyalir terkait jaringan Bahrun Naim.

Pengamat terorisme Harits Abu Ulya mengatakan, seharusnya tak hanya sel kecil bentukannya yang disapu bersih

Pusat kendalinya juga harus dibekuk untuk menekan kelompok teroris di Indonesia.

"Kalau memang Bahrun Naim biang kerok harus ada solusi terhadap dia, tidak hanya perang cyber army. Tidak bisa," kata Harits, saat dihubungi Kompas.com, Kamis (22/12/2016).

Hampir seluruh kelompok teroris yang terungkap belakangan dikaitan dengan Bahrun Naim.

Namun, Harits meyakini hanya sebagiannya yang di bawah kendali Bahrun Naim.

Salah satu terduga teroris yang tewas dalam penyergapan di Tangerang Selatan, Omen, misalnya, merupakan mantan terpidana yamg terkena pengaruh radikal selama berada di dalam sel.

Ia direkrut oleh Ovi, salah satu terpidana kasus pengeboman di Kedutaan Besar Myanmar tahun 2013.

Harits mengatakan, Obi merupakan anggota jaringan pimpinan Aman Abdurrahman yang kini diisolasi di Nusakambangan.

"Yang di Tangerang ini grup orang Tasik yang dipimpin Aman Abdurrahman," kata Harits.

Kepolisian diminta mengelaborasi lebih jauh peta jaringan teroris di Indonesia.

Bisa jadi suatu sel teroris merupakan asuhan orang lain, namun disebut berkaitan dengan Bahrun Naim.

"Mungkin ada jaringan di luar Bahrun Naim juga yang bermain," kata dia.

Oleh karena itu, Harits menganggap penting keberadaan Bahrun di Indonesia untuk segera diadili.

Dengan demikian, bisa terungkap langsung jaringan mana saja yang dia kendalikan.

"Kalau lo masih ada BN, tidak ada selesainya. Semua disebut peran BN tanpa bisa terkonfirmasi benar atau tidak, cuma berdasarkan pengakuan sepihak orang yang ditangkap. Jadi belum balance," kata Harits.

Namun, Harits mengapresiasi Densus 88 yang bergerak cepat melakukan penangkapan di empat tempat sekaligus dalam satu hari.

Hal ini merupakan langkah preventif kepolisian untuk mengamankan situasi akhir tahun dan awal tahun yang kerap dijadikan momentum bagi kelompok teroris.

"Penggerebekan di Tangerang dan tempat lain bukan kebetulan saja, tapi sudah dimonitor sebelumnya. Saya melihat aparat mencoba penindakan sebelum rencana terealisasi," kata dia.