LHOKSEUMAWE-  Pliek U-nya orang Lhokseumawe agak berbeda dengan pliek unya daerah lain, sebut saja seperti daerah Pidie. Bentuknya padat dan basah. Sementara pliek unya  Pidie lebih kering. Menunggu pliek u yang kering butuh waktu lama, jadinya pliek u basah lebih populer di Lhokseumawe.

“Tidak mudah untuk membuat pliek u yang enak. Semuanya dilakukan dengan cara tradisional,”ungkas  Cut Zahara (30) warga Tumpok Teungoh, Lhokseumawe kepada Gosumut awal Septermber silam.

Ibu rumah tangga ini menjabarkan tips membuat pliek u yang enak.   Pertamanya adalah kelapa dipastikan harus dalam kondisi tua. Selanjutnya kelapa dibelah dan dibuang airnya. Kelapa  difermentasi hingga 3 hari,barulah diparut. Kelapa fermentasi itu mengeluarkan minyak.

Minyak disisihkan hingga menyisakan ampas. Ampas dijemur di bawah terik matahari. 3 hari kemudian jika cuaca sedang cerah ampas kelapa alias pliek u sudah bisa digunakan. Ketika cuaca mendung, ampas pun bisa berubah rasa menjadi asam bahkan tengik. Saat cuaca cerah, pliek u menghasilkan kabar yangmenggembirakan. Untuk mendapatkan segenggam pliek u harus menunggu proses setidaknya 7 hari.

Orang Lhokseumawe biasanya menjadikan pliek u untuk memasak sayur. tapi dibalik itu ikan pun tidak berkurang lezatnya ketika dimasak pliek u. seperti gulai ikan sumilang, gulai ikan tongkol, gurami dan lainnya. Pliek u juga lezat untuk dijadikan bumbu rujak dan sambal untuk kawan nasi.”Bagi orang Aceh kuah pliek u itu makanan special. Kalau lagi bersantap pliek u itu mertua lewat aja gak Nampak. Apalagi ada sambal asem udeung atau sambal terasi. Mangat that,”ungkap ibu 6 anak ini.

Di luar orang Aceh bisa jadi  agak sulit menerima pliek u, apalagi bagi mereka yang belum pernah merasakan kelezatan  gulai pliek u. Barangkali karena bentuk pliek u yang hitam yang tidak sedap di pandang atau sterotip pliek u yang terbuat dari limbah kelapa. Tapi ketika mereka sudah merasakannya, baru lah pengakuan itu dapat.  Rupa pliek u memang buruk, tapi rasanya sungguh luar biasa.