PIDIE - Jamaluddin mulai dapat tersenyum. Setelah selama tiga hari, korban gempa dari Trienggadeng, Pidie Jaya ini menunggu untuk dioperasi, akhirnya namanya dipanggil untuk menuju ruang bedah di RS T Cik Di Tiro, Sigli,  Kabupaten Pidie.  

Bagian tulang di betis kaki kirinya terlihat dibalut dan berdarah. Jamaluddin adalah satu dari sekitar puluhan pasien patah tulang di RS Cik Di Tiro, yang harus menjalani operasi.

“Dari seluruh pasien yang dioperasi, kebanyakan fraktur, atau patah. Gempa ini menyebabkan bangunan runtuh hingga mengakibatkan banyak orang menderita fraktur,” kata Direktur RS T Cik Di Tiro Drg Mohd Reza Faisal, Mars.

Banyaknya jumlah pasien korban luka berat akibat gempa berkekuatan 6,5 SR di Propinsi  Aceh, 7 Desember 2016, jelas Mohd Reza, tidak dibarengi dengan tersedianya jumlah tenaga medis, dan peralatan yang mencukupi. Akibatnya sekitar 59 orang pasien luka patah yang harus dioperasi di rumah sakit yang dipimpinnya, terpaksa mengikuti antrian.

Drg Mohd Reza Faisal mengatakan pada saat kejadian gempa beberapa waktu lalu, rumah sakit menampung 147 pasien gempa untuk dirawat inap yang terpaksa dirawat di lorong-lorong ruang inap karena keterbatasan ruang. Selain itu, rumah sakit juga mendapatkan pasien patah tulang yang mendesak harus dioperasi.

Banyaknya jumlah pasien yang harus ditangani, sementara SDM dan fasilitas operasi yang terbatas ,  membuat pasien yang harus menjalani operasi terpaksa antri. Pasien operasi harus menunggu lebih kurang 2-3 hari untuk dapat dioperasi.

Selama dua hari menghadapi ratusan pasien sendiri, namun Drg Moh Reza Faisal Mars merasa lega ketika akhirnya bantuan dari tenaga medis dari daerah lain berdatangan. Pelan-pelan, jumlah antrian pasien yang harus dioperasi berkurang. “Operasi di hari kedua, 10 orang, hari ketiga 31 orang, sampai habis,” kata Drg Moh Reza Faisal.

Gempa Aceh dengan pusat di Pidie Jaya ini menyebabkan sekitar  600 orang menjadi korban luka  berat dan ringan yang tersebar di Pidie Jaya Bireun dan Aceh Pidie. Sekitar 130 korban menderita luka berat dan 400-an  orang luka ringan ditangani di sejumlah rumah sakit di Aceh.

Rumah sakit Tengku Cik Di Tiro di Sigli Kabupaten Pidie Propinsi Aceh, menjadi rumah sakit yang paling banyak menerima pasien korban gempa Pidie Jaya.  Karena fasilitas rumah sakit kelas C ini lebih memadai untuk menangani kasus luka berat yang membutuhkan operasi, dibanding rumah sakit Pidie Jaya.