Tidak mendapat dukungan dari orang tua untuk mewujudkan cita-citanya
sebagai polisi, Burhanuddin menjadi seorang guru dan kini menjabat sebagai
Kepala Sekolah (Kepsek) MAN 2 Model Medan. Alumni SMAN 10 Medan ini menuturkan, pernah berkeinginan mewujudkan
cita-citanya dengan mendaftar sebagai polisi. Impiannya pun tercapai,
dia dinyatakan lulus.

“Namun saat tinggal menyiapkan berkas orangtua saya tidak menyetujui.
Sehingga saya melanjutkan pendidikan D3 di USU, dengan mengambil
jurusan Bahasa Inggris,”sebut anak Alm. Alamsyah Harahap dan Almh Aisyah
Siregar ini, Jumat (25/11/2016).

Diakuinya, meninggalkan cita-cita dan menempuh profesi sebagai guru
bukanlah hal yang mudah. Namun lantaran keyakinan dan pengalaman dalam
mengembala lembu, dirinya kini semakin menikmati  profesinya.

Burhanuddin yang kini telah menjadi alumni tiga universitas tersebut, yakni Universitas Sumatera Utara (USU), Universitas Negeri Medan (Unimed) dan Universitas Islam Negeri
Sumatera Utara (UINSU) itu,  menjalani guru sebagai profesinya. Hingga hingga dipercaya menjadi kepala sekolah, lebih dari lima sekolah telah dipimpinnya. Tahun 1997- 2002, memimpin MIN Tembung, tahun 2002 - 2005, memimpin MIN Tj Sari, tahun 2005 – 2006 memimpin MTSN 1 Medan, tahun 2006 – 2014 memimpin MAN 1 Medan dan tahun 2014 hingga sekarang dipercaya memimpin MAN 2 Model Medan.

“Mendidik lembu yang bandal saja saya bisa, apalagi mendidik siswa yang memiliki akal,”ujar kepala sekolah yang dipercaya Kementerian Agama melakukan pengembangan wawasan ke Malaysia, Australia, Turki dan India ini.

Selama menjabat sebagai kepala sekolahpria Tapsel, 13 April 1967 ini mengaku saat berada di Mornington College Australia, menjadi salah satu pengalaman yang paling tidak bisa dilupakannya. Dirinya mengaku mendapatkan pendidikan berharga di sana.

“Saya melihat bagaimana guru disana memberikan bentuk pembelajaran
yang faktual. Bukan hanya sebatas teoritis. Memberitahu cara ular
memakan tikus pun, langsung diperlihatkan di depan kelas dengan ular
dan tikus asli,”ujarnya.

Melalui profesinya, Burhanuddin berharap semua stakeholder pendidikan
sepakat bahwa pendidikan merupakan investasi tertinggi dalam membangun
negara. Lantaran, tidak ada satu negara maju, tanpa melalui karya
pendidikan yang baik.

“Maka semuanya harus berpartisipasi menemukan pendidikan yang baik
untuk Indonesia. Kepada guru diharapkan menjadi guru yang baik dan
terpuji dengan indikator tanggungjawab terhadap tugas. Kepala sekolah
pun harus
betul-betul berwawasan luas untuk kemajuan sekolah, dan siswa harus
tekun dan berdisiplin tinggi. Jadilah penebar kebaikan dan pewaris
kebajikan siapapun orangnya,” pungkasnya.