MEDAN- Peristiwa terjadinya teror bom di depan gereja Oikumene di Samarinda, Kalimantan Timur menyisakan duka yang mendalam. Tidak hanya untuk keluarga korban, tapi juga seluruh anak negeri.  Psikolog Universitas Sumatera Utara (USU), Raras Sutatminigsih mengatakan peran orangtua sangat diperlukan agar anak-anak tidak terpengaruh dengan ajaran terorisme dan ideologi yang bisa merusak perilaku.

Menurutnya, pertama yang harus dilakukan adalah  anak harus dibekali pemahaman secara realistis bahwasanya  fakta di masyarakat tentang adanya tindakan penyimpangan ideologi dan kita harus memberikan pemahaman yang bersifat konkrit, tidak abstrak.

"Perlu kita jelaskan kepada anak-anak bahwa memang ada  kelompok-kelompok yang membuat kisruh dan kacau di masyarakat, “ tutur Raras kepada GoSumut di Gedung Rektor USU, Rabu (16/11/2016).

Lebih lanjut Raras mengatakan, orang tua juga harus mengawasi kegiatan anak sehari-hari di luar sekolah. “Orang tua harus tetap selektif terhadap kegiatan anak di luar sekolah, takutnya bisa diselewengkan untuk kegiatan menanamkan ideologi. Di rumah juga harus diberi pemahaman, perasaannya juga harus diajarkan agar anak merasa tidak senang atau menolak bila mendengar pemahan yang seperti itu,” lanjut Raras.

Dijelaskan Raras, bahwa  guru disekolah juga diminta tetap pro-aktif menjelaskan dampak-dampak yang ditimbulkan akibat kejadian teror ini terutama memberikan penjelasan terhadap organisasi-organisasi yang dianggap radikal serta menanamkan nilai-nilai agama, budi pekerti dalam setiap kegiatan belajar dan mengajar dikelas.