MEDAN - Universitas Negeri Medan (Unimed)  menargetkan akan menjadi pusat rekayasa industri di tahun 2020 mendatang. Hal ini diungkapkan Rektor Unimed, Prof Syawal disela-sela launching Kampung UKM Digital Center Sentra Pemberadayaan Wirausaha di Kampus Unimed, Rabu (9/11/2016). 

Target itu bukan tanpa alasan. Menurutnya, sebuah negara  sulit bangkit tanpa industri. Karena dengan kehadiran industri akan dapat membangkitkan perekonomian. Industri tersebut disesuaikan dengan kapasitas Unimed tentunya,  ujar Prof Syawal.

Sumatera Utara sendiri  keunggulannya masih pertanian, industri pariwisata,  industri pengolahan, perdagangan. Potensi tersebut yang akan dikembangkan.

“Jadi Unimed memang bicara industri itu, harus. Karena tidak hanya yang bisa dianggarkan menjadi leading sektor membangun, kecuali inovasi-inovasi industri.  Rekayasa industri, "ujarnya.

Namun jangan dibayangkan rekayasa industri ini,  berarti Unimed akan membangun pabrik. Dimana asapnya, dan kenderaan keluar dari mana-mana. Bukan seperti itu,  ujarnya.

“Rekayasa industri ini, sesuai dengan kapasitas Unimed. Misalnya, berbicara soal industri musik, seni ada dibahasa, di
MIPA ada penelitian produk teman-teman kimia.  Dibahasa bergabung dengan ilmu sosial di pariwisata,”ujarnya.

Jadi industri yang seperti itu, terangnya. Karena memang, makna industri itu luas sekali.”Musik pun industri.  Unimed satu saat harus berbicara itu, tetapi tidak cukup itu. Produk-produk pengabdian dari dosen kita juga,”ujarnya.

Oleh sebab itu, dia menilai apa yang dilakukan melalui launching tersebut, sejalan dengan apa yang dilakukan ini. Bagaimana membangkitkan suasana industri mulai dari mikro.
" 2020, kita sudah pasang target untuk menjadi pusat rekayasa industri. Karena itu pengabdian diatur sedemikian rupa, setiap pengabdian sekian persen diatur. bicara rekayasa industri, budaya dan pendidikan,”ujarnya. 

Saat ini sebutnya, sudah memulai membuat pemetaan,  termasuk keahliannya, prodi-prodinya,  pengabdian, dosennya, agar bisa menjawab pendidikan dan industri lagi. Dimana untuk pengabdian, Unimed baru 15%, kemudian cikal bakal rekayasa industri baru 25%,  sementara 60 % lainnya masih fokus dengan pendidikan.