MEDAN - Menurut Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia (MHTI) potensi intelektual muda muslim terancam. Sebagai wujud dari keprihatinan mereka, ratusan intelektual muda dari seluruh kampus di Medan Sumatera Utara dihadirkan dalam kongres mahasiswi Islam untuk peradaban II di Pendopo USU.
Dalam kongres ke-2 yang mengangkat tema “Reaktualisasi Peran Intelektual Muda untuk Mewujudkan Kembali Peradaban Islam”, MHTI serta merta melayangkan pernyataan sikap terhadap pembajakan hak-hak intelektual muda Indonesia.
 
Terdapat 3 poin penting yang dibahas, Pertama sistem kapitalisme telah terbukti menjadi penyebab krisis identitas pemuda muslim.

Kedua, arah pemberdayaan pemuda saat ini berorientasi memenuhi tuntutan pasar global hanya akan melanggengkan hegemoni rezim kapitalisme dan menghalangi penerapan sistem Islam yang mampu menjadi solusi tuntas.

Ketiga, hanya sistem khilafah yang berkomitmen penuh untuk menempatkan khilafah dalam posisi terhormatnya di masyarakat.
 
Menurut Asmaul Husna selaku ketua DPD I MHTI dalam sambutannya, mahasiswa dan mahasiswi sebagai intelektual muda di negeri mayoritas muslim ini telah kehilangan identitasnya.
 
“Kaum intelektual mati rasa dan kehilangan kepekaan sosial atas kesengsaraan, ketidakadilan dan kerusakan yang terjadi di masyarakat akibat penerapan sistem kapitalisme,” ungkap Asmaul Husna.
 
Alih-alih menjadi motor penggerak utama perbaikan masyarakat ke arah Islam, mereka justru terbelenggu oleh berbagai tuntutan akademis, pola pikir pragmatis, dan gaya hidup bertentangan dengan Islam.