SAMOSIR - Masyarakat dari beberapa desa mengeluhkan kurangnya perhatian Pemerintah Kabupaten Samosir dalam menyediakan sarana pompa air. Akibatnya, beberapa tanaman nyaris mati dan beberapa tanaman terancam gagal panen.
Kepada Desa Parhorasan, Pangururan, Baja Sihotang kepada Analisa, Selasa (11/10/2016) menerangkan, tanaman kopi di ladang milik warganya sudah banyak yang mati akibat kemarau yang berkepanjangan.

"Kemarau dan musim kering sudah sangat menyedihkan, tanaman seperti kopi banyak yang mati dan padi nyaris gosong," katanya.

Diakui Baja, akibat kemarau yang berkepanjangan, beberapa warga tidak lagi menjual hasil panennya ke pasar pasar tradisional seperti hari hari sebelumnya, sehingga para petani memilih berpasrah dirumahnya dan tidak berbelanja lagi ke pasar.

"Sudah layu semuanya, warga pun sudah tidak bisa menjual hasilnya, karena hasilnya mengering, sehingga kami sangat berharap peran pemerintah," terangnya.

Belum lama ini,  Dalam rangka Hari Tani, Serikat Tani Kabupaten Samosir (STKS) bersama Kelompok Study Pengembangan Prakarsa Masyarakat (KSPPM) melakukan dialog publik dengan tema “Menilik Masa Depan Petani Samosir” yang dihadiri para petani se Kabupaten Samosir.

Dalam dialog itu ditemukan riset yang dilakukan KSPPM yang menyatakan minimnya anggaran terhadap pertanian di Kabupaten Samosir dimana hanya sebesar empat persen dari Total APBD Samosir TA 2016 diperuntukkan kepada sektor pertanian.

Wakil Bupati Samosir, Juang Sinaga berjanji akan mengevaluasinya dan memperbaikinya untuk TA 2017.

"APBD 2016 yang kita pakai disusun oleh pemerintah lama. Namun, kini pemerintahan yang baru kami mendorong pertanian dan pariwisata harus besinergi. Hampir sama anggaran pertanian dan pariwisata, sehingga kedepan pemerintah Samosir akan melakukan visi Samosir yaitu meningkatkan pertanian dan pariwisata," katanya.

Sementara itu, lewat sumber terpercaya, meski masyarakat petani di Kabupaten Samosir sangat menderita dalam menghadapi persoalan kemarau yang berkepanjangan, namun perjalanan dinas yang dilakukan Kepala Dinas Pertanian Samosir, Rensus Simanjorang sangat tinggi dengan sering keluar kota, sehingga dinilai menghambur hamburkan anggaran.

Bahkan, diduga biaya perjalanan dinas yang dilakukannya mencapai ratusan juta setiap tahunnya dan hasilnya disinyalir tidak menguntungkan masyarakat petani. Oleh karena itu, perjalanan dinas yang dilakukan Kepala Dinas Pertanian Samosir perlu dievaluasi oleh Bupati Samosir dengan turun tangan.