MEDAN - Penyakit ginjal menjadi sorotan penting saat ini. Sebab, angka prevalensi pengidap penyakit juga cukup tinggi. Diperkirakan sekitar 30ribu pasien melakukan cuci darah. "Setiap tahun, orang yang cuci darah akibat ginjal di seluruh dunia selalu bertambah, termasuk di Indonesia. Masalah ini menjadi momok untuk seluruh dunia. Sekarang ini sekitar 30 ribu orang melakukan cuci darah, bahkan masih ada pengidap penyakit ginjal itu, belum bisa menjangkau pelayanan (kesehatan)," Kordinator Wilayah Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefri) Sumut/Aceh, Prof dr Harun Rasyid Lubis, SpPD-KGH, Rabu (5/10/2016).

Dari penelitian yang dilakukan, sebanyak 50% pasien cuci darah penyakit ginjal diakibatkan diabetes. Sedangkan 27% lagi diakibatkan hipertensi. “Kalau di Indonesia, 35 persen diakibatkan hipertensi dan 25 persen diakibatkan diabetes. Selebihnya terjadi akibat beberapa hal lainnya, seperti penyakit peradangan ginjal dan karena makan obat sembarangan,” jelas Harun.

Dalam hal ini, pihaknya juga sudah mengantisipasi masalah ginjal di seluruh Indonesia. Pengembangan pelayanan ginjal pun terus dilakukan hingga ke pelosok. "Di Sumut dan Aceh sekitar 50an kita buka pelayanan (kesehatan), bahkan di rumah sakit swasta. Di Medan sudah ada 25 rumah sakit menyediakan pelayanan cuci darah," terangnya.

Untuk menghindari penyakit ini, Penefri mengimbau masyarakat agar menjaga pola makan, khususnya makanan cepat saji. Sebab, berdasarkan data, mengonsumsi makanan cepat saji rentan terkena diabetes. "Karena memang perkiraan pengidap penyakit ini bisa semakin bertambah. Indonesia menjadi salah satu negara expansi pasar fast food itu. Makanya, baik itu dari pola makanan, maupun olahraga, harus benar-benar dijaga," pintaya.