SAMOSIR - Diperkirakan puluhan ton ikan emas dan ikan mujair di keramba milik masyarakat Desa Tanjung Bunga, Pangururan, Samosir mati mendadak pada Sabtu (24/9/2016) lalu, karena kehabisan oksigen. Nailando Naibaho salah seorang pemilik keramba mengakui, ikan yang ada di dalam keramba terlihat mengapung pada Sabtu siang kemarin. Dimana ikan secara tiba-tiba lemas dan tidak berdaya serta tidak mau bergerak. Kemudian, setelah diamati beberapa saat, ikan ikan tersebut kemudian mengapung apung. Melihat kondisi ikan semakin parah, selanjutnya bersama temannya langsung menjaring semua ikan ikan yang mati. "Kejadiannya sangat cepat, ikan tiba tiba naik ke permukaan dan semuanya dalam kondisi lemas. Kemudian langsung mati dan mengapung," terangnya Minggu (25/9/2016).

Penyebab kematian sendiri masih menjadi misteri, sebab Jumat (23/9/2016) sore sebelum kejadian itu, air danau di kawasan keramba dan sekitarnya, berubah menjadi warna kecoklatan dan sangat berkeruh. Namun, ikan ikan belum ada yang mati.

Kemudian, saat Sabtu pagi dan saat memberi makan, ikan ikan masih saja makan seperti biasa, namun saat menjelang siang hari, ikan ikan itu tiba tiba naik ke permukaan dan kemudian beberapa saat langsung mati.

"Yang pasti kejadian ini masih misteri, ikan ikan itu kemungkinan kehabisan oksigen sehingga mati mendadak," tambahnya.

Akibat kejadian itu, dia bersama beberapa pengusaha keramba lainnya merugi hingga ratusan juta rupiah. Bahkan, Naibaho menerangkan, ikan miliknya yang mati merupakan ikan yang segera dijual pada minggu ini.

"Minggu ini sebenarnya ikan ikan itu akan dijual, tapi apa mau dibilang lagi, semuanya terjadi, ikan ikan pun jadi bangkai dan kami semua sudah sangat rugi," katanya.

Informasi yang dihimpun di lokasi keramba di Desa Tanjung Bunga, iikan yang mati tersebut sudah dikubur untuk menghindari bau yang menyengat.

Selain itu, di bulan Mei 2016 lalu, ratusan ton ikan juga mati mendadak di kawasan air Danau Toba di Haranggaol, Simalungun. Penyebab kematian menurut Dinas Perikanan dan Kelautan (Diskanla) Sumatera Utara karena penurunan secara drastis kadar oksigen yang terlarut dalam air di danau terbesar di Asia Tenggara tersebut.