JAKARTA- Sejak Provinsi Riau melaunching "Riau Menyapa Dunia", greget pariwisata kian hari makin dikenal dunia internasional. Terbukti beberapa wisatawan mancanegara mulai penasaran dengan Provinsi Riau.

Salah satunya yang heboh di media online dan media sosial adalah Iven Bakar Tongkang, dimana iven tersebut juga masuk nominasi Anugerah Pesona Indonesia 2016.

Hal tersebut diungkapkan Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Kemenpar, I Gede Pitana, Jumat (17/06/2016).

"Sesui dengan arahan pak Menteri Arief Yahya, saat ini Kemenpar dan Dinas Pariwisata di seluruh Indonesia memang sedang gencar melakukan promosi melalui media baik itu pemberitaan, maupun promo iven di media sosial seperti Instagram, facebook, Twitter dan yang lainya, dan cara ini memang sangat ampuh," ungkap Pitana, Jumat (17/06/2016) di Jakarta.

Lanjut I Gede Pitana, efek dari media sosial ini juga cukup berpengaruh karena bisa diakses siapa saja, dimana saja dan dengan hitungan menit bisa tersebar keseluruh dunia. "Dalam seminggu terakhir, iven Bakar Tongkang ini cukup rame dimedia, bahkan Duta besar Tiongkok dan beberapa wisatawan luar negeri seperti Singapura, Malayasia, sudah menunggu jadwal iven tersebut. Kita juga apresiasi usaha dan kerja keras Pemprov Riau, dalam hal ini Disparekraf Riau, yang sangat gencar promosi di medsos. Bahkan kalau tidak salah juga ada suport promosi dari Kemenpar melalui chanel CNN," ujarnya.

I Gede juga menjelaskan, promosi iven Bakar Tongkang melalui digital secara terus menerus dalam seminggu terakhir ini juga berdampak sangat positif, bahkan pihak operator komunikasi menyatakan siap mensuport dan hadir langsung saat iven tersebut digelar.

"Bukan itu saja, para pengusaha travel dan perhotelan juga sangat mendukung. Karena acara ini bukan hanya tradisi budaya biasa, tapi sudah mencakup dunia internasional," tukasnya.

Selain itu jumlah value news khususnya wisata Riau secara global menurut Pitana, juga naik drastis dengan menggandeng lebih dari 600 media ditanah air. Bukan hanya Bakar Tongkang, beberapa iven dan objek wisata Riau, dari segi popularitas juga naik secara perlahan-lahan.

"Apalagi Riau juga punya Bono, muara sungai yang berombak besar dan menjadi atraksi surfing sungai terbaik di dunia, yang juga masuk nominasi Anugrah Pesona Indonesia 2016. Ada lima ombak yang terbentuk dari pertempuran antara arus laut dan sungai di muara seperti ini di muka bumi. Dan Bono adalah yang terbaik, dan sudah menelorkan rekor dunia surfing sepanjang 42 kilometer oleh surfer mania dari Australia," ujarnya.

Pariwisata Riau, kata dia, ingin mengudara ke kancah global. Bahkan menurut Pitana, Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman sudah menyiapkan lahan seluas 600 hektar untuk dijadikan kawasan pariwisata yang akan disulap seperti BTDC (Bali Tourism Development Corporation) Nusa Dua di Bali.

Kawasan wisata itu nantinya bakal dibangun di Kabupaten Pelalawan. Tak jauh dari Sungai Kampar yang terkenal dengan ombak Bono, sebuah, keajaiban alam yang sudah terbukti mampu menghasilkan devisa bagi negara. Pemilihan lokasi ini dirasa sangat pas mengingat Bono yang terkenal dengan gelombang seven ghost itu hanya bisa dinikmati di lima tempat di dunia. Banyak turis domestik dan mancanegara yang sudah berdecak kagum terhadap objek ini. Bahkan pemecahan rekor Guiness Book of Records sudah sering dilakukan di kawasan ini.

“Pak Gubernur sudah menyampaiakn ke pak Menteri, ada tempat 600 hektar yang sudah disiapkan untuk pengembangan kawasan wisata. Itu sudah lama disiapkan Kawasan Kabupaten Pelalawan dipilin karena destinasinya sudah berkelas dunia,” bebernya.

Tinggi Gelombang Bono yang bisa mencapai 6 meter dengan kecepatan mencapai 40 km/jam, membuat banyak surfer dunia tertantang untuk berselancar di atasnya. Nama-nama beken seperti Tom Curren - juara dunia surfing empat kali, Bruno Santos - juara dunia Asia Pasifik 2006 dan 2010, Tyler Larrond – jawara Junior World Champ ISA, Dean Brady – kapten tim surfing Australia dan Oney Anwar – kapten tim surfing India, pernah beberapa kali mencoba memecahkan rekor dunia surfing di Pelalawan.

“Nama Bono juga keren. Singkat, padat dan mudah dihafal. Wisawatan asing jadi tidak kesulitan menyebutnya, sehingga namanya menjadi trend,” lontarnya.

Selain Bono, Riau juga sudah menyiapkan lima agenda unggulan lainnya. Ada Bakar Tongkang di Rokan Hilir yang siap digelar 20-21 Juni 2016, Pacu Jalur di Teluk Kuantan Kabupaten Kuantan Singingi pada 24-28 Agustus 2016. Selain itu, Tour de Siak di Siak Sri Indrapura pada 21-25 September 2016, Ritual Gema Muharram di Indragiri Hilir pada 1-2 Oktober 2016, dan Riau Marathon di Kota Pekanbaru pada 11 Desember 2016.

“Selama ini tingkat kunjungan wisman ke Riau baru mencapai 50.000 wisman. Dengan beragam agenda unggulan tadi, saya yakin jumlah kunjungan wisman bisa ditingkatkan hingga 100.000 wisman, dengan penghasilan devisa Rp 1 trilun," ujarnya.

Tapi menurut Pitana, soal kemajuan wisata tidak bisa instan, karena butuh proses guna mencapai cita-cita meningkatkan kunjungan wisman tersebut. "Di Indonesia ini kalau tidak nekad tidak bisa. Contoh akses jalan ke Bono, kondisinya belum bagus tapi pihak Pemprov Riau sudah gencar promosi ini bagus, kenapa? Karena dengan gencarnya promosi, para turis datang, secara otomatis pelan-pelan insfratuktur juga akan dibangun, tapi kalau kita menunggu dibangun dulu baru promosi ya gak akan jadi-jadi," katanya.

Sementara itu, pada saat launching "Riau Menyapa Dunia" Menpar Arief Yahya juga sangat mengapresiasi spirit Gubernur Arsyadjuliandi Rachman itu. Dia menegaskan bahwa oil and gas atau minyak bumi dan gas alam itu semakin menyusut produksinya, juga semakin hancur harga di pasar internasional. Era ke depan adalah era pariwisata, dengan prinsip eco tourism. "Jadi sudah benar kalau Riau mulai switch ke sektor pariwisata," ungkap Arief Yahya.

CPO atau crude palm oil, minyak kelapa sawit juga cenderung menurun devisa yang dihasilkan. Belum lagi menghadapi isu lingkungan yang terus memusingkan kepala pemerintah Indonesia, seperti asap yang mempengaruhi penerbangan sampai ke Singapore. Artinya, yang sudah dijalankan, ya silakan dijalankan dengan baik. Tetapi yang masih asri, biarlah itu dijaga kelestariannya. "Karena dalam pariwisata berlaku hukum: semakin dilestarikan semakin mensejahterakan," ungkap Arief Yahya.

Seorang CEO, atau gubernur dan bupati/walikota, kata Arief Yahya, adalah penentu arah dan kebijakan daerah. Mereka yang memegang kunci, mau ke mana daerah itu dibangun. Jika salah menggunakan anggaran dan mengalokasikan sumbet daya manusia, dampaknya akan panjang di generasi mendatang. "Pariwisata lebih menjamin masa depan negeri ini, dan menjaga menjadi penghasil oksigen terbesar," pungkas Menpar. (*/dnl)