TAPAKTUAN – Unik dan menarik perhatian publik, legenda Kota Tapaktuan, Kabupaten Aceh Selatan berjuluk kota Naga dilestarikan melalui momen replika Naga Raksasa di lereng pengunungan. Konten ini menyedot wisatawan, baik lokal maupun mancanegara. Kata mantan Kadis Budparpora, Azwar Rahman, replika Naga Raksasa dibangun sekira tahun 1987 semasa kepemimpinan Bupati Sayed Mudhahar Ahmad, di Jalan Putro Bungsu, Gampong Hilir, Tapaktuan. Tepatnya di lereng gunung, bersebelahan Pendopo Bupati dan Kantor Kejaksaan Negeri Tapaktuan.

“Konten Naga Raksasa berbentuk satwa hidup ini, dibangun untuk mengenang peristiwa dan pelestarian sejarah asal mula nama Tapaktuan sebagai ibu kota Kabupaten Aceh Selatan. Tapaktuan dipungut dari legenda Teungku Tuan Tapa saat membinasakan seekor naga raksasa yang mengamuk ribuan tahun silam,” ujarnya kepada GoAceh, Senin (23/5/2016).

Menurut cerita-cerita orang terdahulu, tambah Azwar Rahman, pertarungan sengit antara Teuku Tuan Tapa dan naga bercula meninggalkan sejumlah bukti. Dua Tapak Tuan Tapa berukuran 3x1,5 meter membekas di lereng gunung Lampu dan Gampong Padang. Kopiah di atas tongkat telah jadi batu dan masih tertancap di lautan tidak jauh dari lokasi tapak raksasa.

“Dongeng ini juga meninggalkan beberapa bukti nyata. Ceceran darah dan organ tubuh naga melekat di Gampong Batu Itam dan Batu Merah. Hingga saat ini terdapat batu berwarna merah dan hitam. Pelarian dan gerakan satwa melata ketika diburu Tuan Tapa mengakibatkan sebuah pulau terbelah, yaitu Pulau Dua di Bakongan Timur,” papar Azwar Rahmat.

Menjejaki perjalanan sejarah, legenda ini pengundang perhatian dunia dan menyedot wisatawan lokal maupun mancanegara untuk berkunjung ke kota mungil Tapaktuan. “Saban hari, pelancong datang ke lokasi-lokasi bersejarah. Semoga potensi ini menjadi ikon untuk kemajuan Aceh Selatan,” pungkasnya.