JAKARTA- Lima poin usulan Gubernur Alex Noerdin yang disampaikan melalui Kadispar Sumsel Irene Camelyn Sinaga kepada Kemenpar disetujui semua. Bahkan Menpar Arief Yahya melontarkan beberapa ide baru untuk memperkuat positioning Sumsel sebagai Model Sport Tourism Nasional.

Saya setuju semua!” sebut Menpar Arief Yahya, membaca usulan Sumsel untuk pengembangan pariwisata. Lebih dari itu, ada ide-ide menarik soal pembangunan amenitas atau sarana pendukung destinasi pariwisata seperti homestay, toilet bersih, skema finance sampai KEK Pariwisata Musi.

“Kalau hanya menunggu DAK –Dana Alokasi Khusus--, pasti tidak cukup, dan akan menunggu terlalu lama. Kebutuhan pembangunan infrastruktur itu Rp 5.000 T, sedangkan dalam setahun maksimal hanya Rp 300T. Dalam lima tahun saja baru Rp 1.500T, itupun tidak cukup,” sebut Arief Yahya.

Karena itu, dibutuhkan cara-cara yang tidak biasa, untuk mendapatkan hasil yang luar biasa. Artinya, masih terbuka banyak cara kreatif yang bisa dilakukan untuk mewujudkan amenitas yang sustainable. Dia menyebut ada dua model, pertama short term, yakni DAK, Corporate Social Responsibility (CSR) dan insentif khusus. Yang dimaksud insentif itu misalnya membangun transportasi dengan insentif property.

“Ini dilakukan di Hongkong. Korporat yang mau membangun public transportation, diberi hak pengelolaan property, karena kalau berharap return dari operasional bisnis transportasi, tidak akan kembali. Apalagi pemerintah masih turut campur tangan dalam menentukan tarif angkutan, karena menyangkut kewajiban pemerintah untuk menyediakan transportasi public yang murah,” kata Arief Yahya.

Investor, kata dia, dapat return-nya dari property yang connect dengan transportasi public itu. Ada lagi contoh insentif, yakni public space dengan advertising. Pemda punya banyak lahan atau titik yang bisa dibangun media luar ruang. Kompensasi dari investasi yang ditanam, adalah mereka bisa menjual advertising di ruang public tersebut. “Sama-sama diuntungkan. Pemda untung, investor untung, public juga mendapatkan hak-haknya sebagai warga masyarakat, dan pariwisata akan semakin maju,” kata dia.

Bagaimana dengan pendanaan longterm-nya? Pertama, dengan pengembangan atraksi, KSPN Palembang Kota dan sekitarnya (Musi), menjadi Kawasan Strategis Nasional (KSN), sehingga Kementerian PU PR bisa masuk dalam share infrastructure. Kedua, tema pengembangan akses ke “waterfront city” atau “riverfront city.” Misalnya, naikkan status jalan, dari jalan provinsi menjadi jalan negara, seperti yang sudah dilakukan di outer ring road di Pulau Nusa Penida Bali dan outer ring road Pulau Samosir, Toba,” kata dia.

Ketiga, bisa dengan skema KEK –Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Musi. Sediakan lahan milik pemda, yang akan dikelola sebagai KEK, sebagai driver atau pemantik pengembangan amenitas di Musi.

Kawasan ini akan dibangun berbagai fasilitas yang dibutuhkan oleh wisman untuk menjamin kenyamanan dan keamanan berwisata. Misalnya, ada hotel, convention center, café, restorant, lapangan golf, dan sebagainya. “Soal investor, nanti kami akan support, kita bisa cari yanhg sesuai dengan karakter Musi, Palembang dan Sumsel,” jelas Arief.

Dia mencontohkan, KEK Tanjung Lesung itu 1.500 ha. KEK Mandalika 1.200 ha. KEK Tanjung Kelayang Belitung itu 324,4 ha. Inilah yang akan menjadi pendorong kuat orang untuk datang, seperti Nusa Dua Bali yang seluas 350 ha itu dibangun dulu, untuk men-drive Bali. “Jadi harus ada cara kreatif, agar tidak semuanya menunggu dana dari pusat. Sudah hampir pasti tidak cepat, kalau menunggu APBN untuk membangun pariwisata di Sumsel,” ujarnya.

Bagaimana dengan homestay? “Kami punya kerjasama dengan Kementerian PU PR, yang sudah diamanatkan oleh Presiden Joko Widodo, untuk membanguhn 1 juta rumah. Saya sudah minta ke Pak Presiden dan Pak Men-PUPR, untuk mendapatkan 10 persen dari jatah 1 juta rumah itu. Jadi ada 100 ribu yang dialokasikan untuk kepentingan kemenpar,” kata dia.

Dana itu akan diarahkan untuk membuat homestay di kawasan yang diprogramkan menjadi destinasi nasional. BTN –Bank Tabungan Negara-- juga sudah setuju, dengan skema itu. “Yakni masyarakat bisa kredit dengan sangat murah. Dari harga pagu Rp 150 juta, uang muka hanya 1 persen, atau Rp 1,5 juta. Bunga 5 persen fixed, dengan masa cicilan 20 tahun. Jadi cicilan setiap bulannya hanya sekitar Rp 800 ribu, maka dengan 4 akhir pekan rata-rata disewa sekali saja, sudah mampu membayar cicilannya,” jelas Menpar.

Hal serupa juga bisa digunakan untuk toilet bersih. Masyarakat bisa memiliki toilet untuk pariwisata itu, dengan syarat yang mudah. Jika per kepala membayar tiket Rp 2.000 saja, sudah bisa membayar cicilan bank.

“Syaratnya, jangan dikelola oleh Pemda, karena reputasi Pemda itu bisa membangun tak bisa merawat. Rata-rata toilet yang dikelola pemda itu selalu jorok dan bau. Sekedar diketahui, Indonesia itu paling jelek soal hygiene and healty dalam World Economic Forum Competitiveness Index. Makanya saya ingin ini dikelola oleh UMKM, nanti diajarkan bagaimana manajemennya,” ungkapnya.

Jika Gubernur Alex Noerdin setuju dengan konsep ini, Kemenpar akan mengalokasikan 1.000 homestay dan 1.000 toilet bersih ke Sumsel. Dan ini akan menjadi program pertama yang bisa cepat dieksekusi. “Saya sampaikan, bahwa supporting ini bukan hanya untuk Kota Palembang saja, tetapi diatur se Sumsel. Kita sepakat menggunakan ikon Musi, dengan area se-Sumsel. Harus Indonesia Incorporated, harus kompak satu bupati dengan bupati yang lain,” kata dia.

Jadi jangan sampai, 17 kabupaten kota se Sumsel itu membangun venue yang sama, misalnya sepak bola semua. Harus dibagi ada yang tenis, ada yang basket, ada bola voli, dan sebagainya. “Kita harus pintar-pintar mengalokasikan dana yang minim, tetapi efektif,” kata Arief.

Bagaimana dengan promosi sport tourism? Menpar menyanggupi untuk membantu promosi baik di dalam maupun di luar negeri. Menpar juga akan bantu promosi pemasaran nusantara, seperti jalur Laksamana Chengho yang juga melintasi Palembang. “Saya bahkan siap untuk membantu road to ASIAN Games 2018, dengan 10 event yang menuju puncak di 2018 itu. Silakan diusulkan,” kata dia.

Soal aksesibilitas? Menpar juga akan membantu akses bandara seperti yang dilakukan di Toba, dengan Bandara Silangit dan Sibisa, yang bisa mengakses langsung ke atas Toba. “Yang betul-betul dirasa prospek, da nada hitungan, kalau bandara itu dibangun akan menghasilkan jumlah kunjungan wisman dan wisnus lebih banyak, membuat kawasan lebih hidup, nanti akan saya komunikasikan dengan Menhub," pungkasnya. (*dnl) Habis..