PEKANBARU - Meski Kongres HMI di Pekanbaru, Riau menghabiskan dana Rp3 miliar, namun tidak menjamin kesejahteraan anggotanya yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Buktinya, puluhan anggota HMI asal Jateng dan Yogyakarta terpaksa menyewa rumah warga Pekanbaru, karena tidak mendapatkan penginapan dari pengurus panitia kongres.

Parahnya, selama mengikuti kongres HMI di Pekanbaru puluhan anggota HMI asal Jateng dan Yogyakarta itu terpaksa naik angkot ke lokasi kongres di Gedung Gelanggang Remaja Jalan Sudirman, Pekanbaru. Bahkan, untuk baiya hidup sehari-hari mereka terpaksa menggunakan dana pribadi.

Dari Informasi yang diperoleh GoRiau.com dari Ketua Umum Badko HMI Jateng-DIY Khusnul Imanuddin. Seluruh anggota HMI asal Jateng dan Yogyakarta tidak lagi mendapatkan fasilitas penginapan setelah agenda kongres HMI XXIX Riau diperpanjang.

"Awalnya kita dapat penginapan di Hotel Alpha, namun sejak jadwal bertambah fasilitas itu sudah tidak ada, malahan sudah hampir seminggu ini kita menyebar. Karena kontrakan rumah yang kita dapat lokasinya beda-beda dan cukup jauh dari arena kongres," ungkap Khusnul, Jumat (04/12/2015).

Menurut Khusnul, bukan hanya masalah fasilitas penginapan dan makan saja, kini anggota HMI asal Jateng dan Yogyakarta juga merasa tidak nyaman usai mendapat teror dan perlakuan kasar dari orang yang tidak dikenal. Bahkan enam orang anggotanya juga mengalami luka-luka saat insiden pengeroyokan yang terjadi pada hari Kamis (03/12/2015) dini hari.

"Kami sudah meminta perlindungan dari aparat Kepolisian, setelah resmi melakukan visum dan melaporkan kejadian tersebut. Saya dan kawan-kawan berharap malam ini kongres bisa selesai dan tidak lagi ada keributan," tuturnya.

Ditanya apakah ada permintaan khusus kepada pihak panitia terkait fasilitas yang tidak diberikan, Khusnul menyatakan saat ini secara resmi sudah mengajukannya.

"Kita sudah ajukan permohonan, tapi belum ada tanggapan resmi dari panitia, saya harap kejadian ini tidak terulang kembali. Menurut saya ada bagian yang terlupakan oleh panitia hingga terjadi kericuhan dan kesemrawutan selama kongres di Riau, mereka lupa selama kongres pada tahun-tahun sebelumnya, Panitia mengadakan panggung kesenian, bazar, maupun kegiatan yang positif, untuk meminilasir hal-hal yang tidak diinginkan," pungkasnya. ***