JAKARTA- Nama Ketua umum Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) La Nyalla Mattalitti yang juga Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Timur, belakangan ini sering menjadi bahan liputan mediamassa. Di samping juga menjadi bahan pergunjingan dan perbincangan di berbagai tempat.

Memang fenomenal.

Bagi masyarakat Jawa Timur, nama La Nyalla Mattalitti, bukan sesuatu yang asing. Lelaki asal Sulawesi Selatan ini memang besar dan hidup di Kota Surabaya, Jawa Timur. Dia dikenal di kalangan pers dan para pegiat organisasi di Kota Pahlawan.

Apabila menyebut nama La Nyalla, demikian dia akrab disapa, orang akan mengidentifikasikan namanya dengan Pemuda Pancasila (PP), sebuah organisasi kemasyarakatan (Ormas) yang cukup terkenal di tanahair.

La Nyalla lah dedengkot PP di Surabaya. Dia lama sekali menduduki jabatan Ketua Umum MPW PP Jatim. Dia adalah “kepanjangan tangan” Japto Surjosumarno, pemilik nama besar di pusat organisasi ini di Jakarta.

Kiprahnya dalam dunia bisnis di Jawa Timur, sudah menggurita. La Nyalla adalah keluarga pengusaha pribumi sejak zaman perjuangan kemerdekaan, hingga Orde Lama sampai Orde Baru. Sejak kecil ia berada di lingkungan dunia usaha.

Sebagai pengusaha muda dia pun pernah mengendalikan HIPMI (Himpunan Pengusaha Muda Indonesia), organisasi GM (Generasi Muda) Kosgoro, KNPI (Komite Nasional Pemuda Indonesia) dan lain-lain di Jatim.

Kesuksesan di dunia usaha dan organisasi itu pula yang mengantarkan La Nyalla bisa menduduki jabatan di Kadin Jatim, di Pengprov PSSI dan KONI (Komite Olahraga Nasional Indonesia) Jatim, serta Ketua Umum PSSI sekarang ini.

Memang, tidak semua jabatan itu diraih La Nyalla dengan mudah. Dia hampir selalu memasuki dunia gonjang-ganjing untuk mencapai puncak jabatan. Selain itu, ada juga yang berkat campurtangan pejabat pemerintahan. La Nyalla boleh dikatakan selalu tampil luar biasa. Pendukung utamanya ada di PP, Kadin dan KONI di Jatim, serta kemudian di PSSI di Jakarta.

Setelah berada di kancah nasional, di PSSI, badai kemelut seolah-olah menghantam kapal phinisi yang selama ini dinakhodainya. Namun, sebagaimana tekad lelaki dari Bugis Makassar, sekali layar terkembang, surut kita berpantang. Begitulah La Nyalla Mattalitti.

Kendati ia pernah dijuluki “mafia” dalam bisnis dan organisasi, tetapi orang-orang yang berada di lingkungannya, melihat tiada cacat di diri La Nyalla. Bahkan, tidak sedikit yang mendoakan La Nyalla berumur panjang dan selalu kaya raya, karena La Nyalla adalah Robinhood. Kini sandungan yang cukup telak ditudingkan kepadanya.

La Nyalla dijadikan “tersangka” oleh Kejaksaan Tinggi (Kejati) Jatim dengan menerbitkan surat penetapan No.KEP-11/0.5/Fd.1/03/2016 tertanggal 16 Maret 2016. Dia dinyatakan korupsi dan menyalahgunakan dana hibah dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jatim yang disalurkan melalui Kadin Jatim.

Padahal, perkaranya sudah disidangkan dan para pelakunya sudah diputus pengadilan sebagai terpidana. Eh, ternyata perkara yang sudah inkrah atau berkekuatan hukum tetap itu “diungkit” kembali.

Sertamerta para ahli hukum yang berada di sekitar La Nyalla berteriak. Kalau perkara yang sama dan sudah inkrah diangkat ke permukaan dan disidangkan lagi, itu namanya “nebis in idem”, ujar mereka. La Nyalla dengan lantang menyebut dirinya dan PSSI dikriminalisasi. Status tersangka yang berikan Kejati Jatim kepadanya tak lepas dari urusan sepakbola.

Saat dia baru ditetapkan sebagai tersangka, pihak Kemenpora memintanya mundur dari jabatan Ketum PSSI. Keterangan Kajati Jatim kepada pengacaranya menjelaskan bahwa kasus dana hibah merupakan “titipan dan pesanan orang kuat istana," kata La Nyalla.

Menteri Pemuda dan Olah Raga (Menpora) Imam Nahrawi, bak “kebakaran jenggot”. Kader PKB (Partai Kebangkitan Bangsa) itu merasa mendapat tudingan dari La Nyalla Mattalitti sebagai dalang di balik penetapannya sebagai tersangka dugaan korupsi dana hibah itu. Apalagi, Imam Nahrawi memanfaatkan status tersangka La Nyalla itu untuk memaksanya mundur dari Ketum PSSI.***