MEDAN - Penyaluran kredit di Sumatera Utara mencapai Rp256,81 triliun hingga November 2023. Nilai ini mengalami pertumbuhan sebesar 0,69 persen secara year or year (yoy) setelah sebelumnya terkontraksi selama pertengahan tahun. Hal ini diungkapkan
kata Direktur Pengawasan Lembaga Jasa Keuangan OJK Sumut, Wan Nuzul Fachri dalam siaran persnya dilansir, Jumat (2/2/2024).
 
Ia menyebutkan saat ini sektor perbankan di Sumatera Utara (Sumut) menunjukkan stabilitas konsisten dengan modal yang kokoh dan likuiditas memadai, meskipun peran intermediasi sedikit terbatas. 
 
Untuk penyaluran kredit tersebut lanjutnya didominasi kredit produktif, mencapai Rp180,43 triliun atau 70,26 persen dari total kredit, dengan pertumbuhan yang termoderasi sebesar negatif 2,67 persen yoy. 
 
Wan Fachri juga menyebutkan, perlambatan kredit produktif turut dipengaruhi distribusi kredit di sektor pertanian, terutama perkebunan sawit. Kondisi yang melambat itu terjadi seiring dengan masih lemahnya harga crude palm oil (CPO) di pasar global dan industri pengolahan, terutama pengolahan minyak goreng dari kelapa sawit, yang lebih moderat sepanjang 2023 akibat rendahnya demand dari mitra dagang utama.
 
Namun demikian, katanya, kredit produktif secara stabil menunjukkan pemulihan. Itu terlihat dari penyaluran kredit pengolahan minyak goreng dari sawit yang bertumbuh sebesar 16,52 persen sejak akhir 2022. 
 
Hal ini juga lanjutnya, turut dipengaruhi permintaan domestik yang tetap kuat seiring dengan kondisi pandemi yang membaik dari tahun sebelumnya. Kemudian adanya program hilirisasi industri kelapa sawit nasional, yakni program B35 dan B40 yang terus dilakukan pemerintah yang dapat terus meningkatkan kinerja industri pengolahan. 
 
Selain itu, tambahnya, indikator Purchasing Manager’s Index (PMI) negara mitra dagang utama seperti India masih berada di atas zona ekspansif.