Tak puas mengkhianati Demokrat dan AHY, musang berbulu domba itu kini memfitnah Demokrat dan AHY. Jelas-jelas Nasdem dan Anies mengkhianati Demokrat. Sudah setahun lebih jalan bersama, punya piagam kerjasama, bersiap-siap untuk “menikah” atau deklarasi, mendadak Nasdem membuat kesepakatan sendiri dengan PKB, dan memutuskan akan mengusung pasangan calon Anies-Muhaimin.

Kalimat pengkhianatan yang disampaikan begitu menusuk Demokrat dan AHY: Nasdem memiliki kesepakatan dengan PKB untuk mengusung Anies Baswedan sebagai capres dan Muhaimin Iskandar sebagai cawapres. Demokrat mau ikut atau tidak?

Padahal, setahun lebih Demokrat setia bersama Nasdem dan PKS mengusung Anies.

Demokrat terus menahan diri, meskipun kader-kader Nasdem terus menyerang dan menghina Demokrat dan Ketua umumnya, AHY. Kawan koalisi, tapi terus menusuk. AHY dan Demokrat terus sabar, meski berulang kali dihina oleh petinggi Nasdem dan kaki tangannya di muka publik. Demi rakyat, ujar AHY, seperti yang disampaikan salah satu jubir Demokrat di televisi. Fokus jaga keutuhan koalisi.

Demokrat pun terus bersabar. Padahal, elektabilitas Demokrat terus turun sejak Anies dideklarasikan. Dari 14 persen ke 10 persen dalam waktu kurang dari 6 bulan menurut Survei Litbang Kompas sejak mendukung Anies sebagai bacapres. Sebenarnya, Demokrat sedang tren meningkat sebelum mendukung Anies. Dalam dua tahun sejak dipimpin AHY, elektabilitas Demokrat melonjak dari 5 persen menjadi 14 persen. Tapi, mendadak turun hingga 10 persen sejak mendukung Anies. Pengorbanan yang kini dibalas dengan pengkhianatan.

Anies pun tak kalah teganya. Dengan gampangnya menyetujui begitu saja ketika disodorkan tawaran pengkhianatan ini oleh sutradara skenario jahat ini, Surya Paloh, di Nasdem Tower, 29 Agustus 2023. Bukannya mencoba menghormati dan menghargai kawan setia yang telah berjuang bersama selama setahun lebih, minimal mengingatkan kalau seharusnya ini didiskusikan dulu dengan kawan Koalisi Perubahan Demokrat dan PKS, Anies dengan berdarah dingin langsung mengiyakan.

Ah, pemimpin seharusnya tidak mengejar ambisi pribadi, dan melupakan kawan setia di kala situasi semakin genting. Tak heran kalau Andi Arief meradang. Menganggap Anies berdarah dingin dan pengecut.

Padahal, kader Demokrat begitu gencar membela Anies di medsos. Televisi. Podcast. Berbagai media online. Dan, banyak lagi. Tak terbilang banyaknya kader Demokrat bela apapun sikap Anies. Berulang kali. Lagi, dan lagi. Tanda setia akan komitmen dukung Anies. Karena satu komando diminta ketua umum mereka, AHY, untuk jaga Anies Baswedan.

Satu kalimat dari AHY ketika Anies ke kantor Demokrat di Oktober 2022 lalu, hampir setahun lalu, “Mas Anies, kader Demokrat adalah pasukan AHY. Kini, mereka adalah pasukan Anies Baswedan juga.” Kader Demokrat dari berbagai pelosok Indonesia pun tiap harinya menjaga lini masa medsos, turut gencar bertarung opini bela Anies Baswedan. Di layar kaca, entah Jansen, entah Herzaky, berulang kali bela Anies.

Istilah kata, sekian lama bersama, sudah bersiap ke pelaminan, surat-surat sudah disiapkan, keluarga besar sudah diinformasikan, mendadak salah satu calon pengantin berkhianat. Malah mengirimkan undangan pernikahan dengan sosok lain yang baru ditemui akhir-akhir ini. Jahat, bukan?

FITNAH MUSANG YANG PERTAMA

Kini, tak puas dengan berkhianat, musang berbulu domba itu mencoba memfitnah Demokrat, AHY, bahkan SBY. Fitnah pertama yang dilontarkan, mereka membawa-bawa poin kelima dalam piagam kerjasama tiga parpol (mantan) Koalisi Perubahan, kalau Anies diberikan kebebasan untuk berkomunikasi dengan parpol lain untuk memperkuat koalisi.

Lah, ini Anies sudah bawa PKB buat perkuat Koalisi. Mengapa malah Demokrat marah-marah dan meradang? Kan ini bisa memperkuat Koalisi?

Fitnah yang benar-benar keji. Berusaha bermain narasi. Putarbalikkan fakta. Demi membela khianat yang dilakukan.

Jelas, ini bukan penambahan anggota Koalisi Perubahan. Ini selingkuh dan khianat yang dilakukan Nasdem dan Anies. PKB menegaskan, mereka menerima “LAMARAN” Nasdem untuk usung Anies-Muhaimin. Lamaran Nasdem. Bukan Anies.

Isi piagam jelas. Bacapres. Anies. Bukan Nasdem. Anies yang seharusnya buat kesepakatan. Itupun kalau punya etika (sayangnya bakal capres ini ternyata tak punya etika), dia bawa ke forum tiga partai. Diskusikan bareng. Ada teman yang mau bergabung. Minta cawapres, nih. Bagaimana pendapat teman-teman Koalisi?

Kedua, ini bukan penambahan anggota koalisi perubahan. Nasdem bersepakat dengan PKB mengusung Anies dan Muhaimin. Ini kesepakatan baru yang dibuat Nasdem sendiri dengan PKB. Bukan bersama Demokrat. Bukan bersama PKS.

Jadi, jangan bawa-bawa poin lima dalam Piagam Kerjasama Koalisi Perubahan. Koalisinya sudah bubar karena Nasdem buat koalisi sendiri dengan PKB, mengkhianati piagam kerjasama Koalisi Perubahan. Benar kata Prof Mahfud, yang buat bubar Koalisi Perubahan itu dari dalam. Nasdem. Anies. Ini tokoh-tokohnya.

FITNAH MUSANG YANG KEDUA

Fitnah kedua, Anies katanya diberikan kebebasan menentukan cawapres di poin kedua dalam kesepakatan tiga parpol yang tertuang di Piagam Koalisi Perubahan. Demokrat, AHY, dan SBY jangan memaksakan kehendak meminta Anies wajib memilih AHY. Kini, Anies tidak memilih AHY, jangan marah-marah. Kan ini sesuai dengan poin kedua dalam piagam kesepakatan.

Ah, sudah fitnah, salah pula. Entah berapa kali lipat dosa tukang fitnah ini.

Anies sudah sejak lama memilih AHY sebagai cawapresnya. Baca berita, Anies di awal tahun ini sudah mengajak AHY “menjemput takdir” sebagai pasangan capres-cawapres 2024-2029. Lalu, berulang kali menegaskan hal ini di depan tim 8 maupun pimpinan parpol koalisi. Catat, Anies berulang kali mengajak dan meminta serta menegaskan AHY sebagai cawapresnya.

Bahkan, kemarin beredar, foto tulisan tangan Anies. Anies menyampaikan harapan, agar “…Mas AHY berkenan untuk menjadi pasangan dalam mengikuti Pilpres 2024.” Begitu kira-kira kalimat yang dituliskan Anies dalam surat ke AHY. Surat itu menurut keterangan dibuat 25 Agustus 2023.

Jadi, Anies yang berulang kali mengajak dan meminta serta menegaskan AHY sebagai cawapresnya. Catat itu. Bukan AHY, atau Demokrat, yang memaksa-maksa minta jadi cawapres.

Lagipula, menurut berita yang beredar, Nasdem yang menentukan capres dan cawapres bersama PKB. Bukan Anies. Catat, Nasdem.

Gila, ya, Ndro. Sudah mengkhianati, kini musang berbulu domba main fitnah pula.

Belum lagi, ini kalau mainnya pakai Piagam Kerja Sama Koalisi Perubahan, kita cek poin ketiga. Ada lima kriteria cawapres. Mohon maaf. Kriteria mana yang dipenuhi oleh cawapres baru ini? Kriteria pertama saja sudah gagal. Kontribusi pemenangan dalam bentuk elektabilitas dan tidak ada kerentanan politik. Elektabilitas? Rendah, dah. Jauh dibandingkan AHY. Kerentanan politik? Baru mau deklarasi, KPK sedang meninjau kasus lamanya.

Tapi, sudahlah. Tidak baik menilai orang yang sudah mau menikah. Terima saja. Setidaknya, kalau sudah khianat, jangan pula main fitnah. Kasihan Demokrat, AHY, SBY. Sudah didzalimi, ditambah fitnah pula.

Apalagi, dengar-dengar, Demokrat sebenarnya kemarin sedang gencar-gencarnya rapat terbatas bahas pemenangan pilpres 2024 ketika dengar kabar Nasdem dengan Anies dan PKB buat kesepakatan baru usung Anies-Muhaimin. Gilaaaaa, ya.

Istilah kata, Demokrat dan AHY sedang sibuk memikirkan Anies, tapi Anies dan Nasdem sedang tidur dengan perempuan lain. Pahit. Pahit banget. Laki memang tidak bisa dipercaya. Eh, Anies dan Surya Paloh.

Penutup, Rhoma Irama ternyata salah. Bukan Ani yang bohong. Tapi, Anies.

Feisal Tanjung
Penulis dan Aktivis
Mantan Pendukung Anies