MEDAN - Sepatu Bunut di Kabupaten Asahan yang sudah ada sejak tahun 1998, ternyata masih diminati konsumen. Sebagian besar pengunjung yang masuk ke Stan Pemkab Asahan di PRSU langsung melihat - lihat sepatu Bunut.

"Memang diakui, banyak yang ke stand Pemkab Asahan hanya untuk menanya, membeli bahkan memesan Sepatu Bunut," ujar penjaga Stand Pemkab Asahan di Pekan Raya Sumatera Utara (PRSU) 2023 Medan, Sugiono, Jumat (30/6/2023).

Sekitar 50 pasang sepatu Bunut yang dipamerkan, ujar Sugiono, sebagian sudah terjual.

Sebagian konsumen lainnya, melakukan pemesanan dengan sistem panjar karena terbentur dengan ukuran kaki yang tidak pas, warna dan model.

Harga Sepatu Bunut pria dan wanita dijual mulai dari harga Rp200ribuan hingga Rp600ribuan.

Bahkan bisa lebih mahal kalau menempah dengan bahan yang lebih berkualitas seperti kulit asli.

Selain sepatu dan sendal, pengrajin di bawah binaan Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Asahan itu, juga memproduksi tali pinggang dan dompet.

Tali pinggang dan dompet merupakan pengembangan produk Bunut yang awalnya masih berupa sepatu dan sendal.

"Tali pinggang dan dompet dijual mulai dari harga Rp200ribu," ujar Sugiono.

Sugiono mengakui, sempat populer di tahun 1998, nama Bunut sempat meredup karena produksi pabrikan tutup.

Tetapi melihat potensi yang masih besar dan keinginan kuat eks pekerja yang akhirnya menjadi pengrajin Bunut, Pemkab Asahan terus berupaya mempertahankan Bunut itu.

Oleh karena itu produk Bunut masih bisa dijumpai atau dibeli di kawasan sepanjang jalan lintas di Kelurahan Bunut dan termasuk di Sidomukti. Kecamatan Kisaran Barat.

"Ada beberapa toko yang menjual Bunut termasuk di stan Pemkab Asahan di PRSU," ujar Sugiono.

Sepatu Bunut juga sudah memasuki wilayah di luar Sumut dan bahkan Malaysia, meski hanya berupa pemesanan terbatas dengan dibawa langsung.

Salah satu calon pembeli Bunut asal Medan, Ridho, mengaku, sudah mengenal Bunut sejak dia kuliah.

"Makanya saat ada PRSU, ke stan Pemkab Asahan. Sayang ukuran nggak ada yang pas, jadi mau mesan dulu aja," katanya.

Apalagi, katanya, harga Bunut di Stan Pemkab Asahan tidak jauh berbeda kalau dibeli di pengrajin secara langsung.

Ridho yang mengaku bekerja di salah satu perusahaan swasta di Medan, menyebutkan, jahitan yang rapi, daya tahan dan harga terjangkau menjadi daya tarik Bunut itu.

"Daya tahannya tidak kalah dengan produk impor, tapi harganya lebih terjangkau," katanya.