PALAS - Warga di sekitar lokasi proyek MYC Provinsi Sumut sebesar Rp 170 Miliar untuk pembangunan delapan titik ruas Jalinsum di Kabupaten Padanglawas(Palas) mangkrak. Akibatnya mangkrak pembangunan tersebut menimbulkan dampak debu yang bertebaran ke rumah-rumah warga dan mengganggu pengguna jalan sehingga warga secara sukerela dan kompak untuk bergantian melakukan penyiraman agar tidak diserang debu.

Salah satunya di ruas Jalinsum di Lingkungan VII Batang Taris, Kelurahan Pasar Sibuhuan Kecamatan Barumun, setiap harinya debu bertebaran. 

Salah seorang warga, Agus Salim, warga Lingkungan VII Kelurahan Pasar Sibuhuan mengatakan, setiap pagi dan sore rutin menyirami Jalinsum yang berdebu akibat proyek mangkrak tersebut.

"Pagi hingga menjelang malam, warga aktif menyiram jalan karena debunya sangat tebal," ungkapnya ,Selasa (16/5/2023).

Menurutnya, aksi siram-siram jalinsum ini atas inisiatif warga sebagai bentuk kepedulian terhadap kesehatan masyarakat ataupun pengendara yang melintas di jalur tersebut.

"Nggak ada yang nyuruh, inisiatif kami warga disini. Alhamdulillah saat ini sudah ada lima titik penyiraman jalan di sekitaran lokasi proyek agar jalinsum tetap basah agar tidak berdebu," jelas Agus.

Kata Agus, kegiatan menyiram jalan sebelumnya menggunakan tangki air dengan biaya sekali menyiram mencapai mencapai Rp 300 ribu. 

"Warga mulai kewalahan dengan biaya penyiram mengunakan tangki air,sehingga mengunakan mesin pompa dari sumber air sungai Batang Taris untuk keringanan biaya penyiraman," bebernya.

"Kami berharap kepada Gubernur Sumut,Edy Rahmayadi  ataupun pihak terkait agar segera mengaspal jalan ini yang dipenuhui debu ini," sambungnya.

Pasalnya, lanjut Agus, serangan debu ini cukup  mengganggu aktifitas perekonomian warga di sekitar ruas jalinsum belum lagi penyakit infeksi pernafasan khususnya kalangan anak dan balita.

Sementara itu, Sapran Hasibuan warga Kecamatan Ulu Barumun, sangat bersyukur warga Batang Taris rela berpanas-panasan demi menyiram jalan.

"Tiap hari saya mengantar anak ke sekolah di lokasi Pasar Sibuhuan harus melalui  jalan berdebu," ungkapnya.

Ia merasa kasihan terhadap anak -anak sekolah karena setiap harinya pakaian seragam sekolah dipenuhui debu.

Bahkan, kata Sapran, tidak sedikit anak-anak sekolah yang menghirup debu,saat ini mulai batuk - batuk dan terganggu pernafasannya sehingga mengancam kesehatan.

Upaya warga melakukan penyiraman debu, sambungnya, belum mampu mengurangi dampak polusi debu, namun sedikit membantu menguranginya.

Mega proyek Pemerintah Provinsi Sumut yang dilaksanakan oleh salah satu perusahaan (KSO) PT Waskita Karya, usai melakukan penimbunan Base sampai saat ini terbenagkalai atau mangkrak.

"Tujuh bulan sudah berlalu,namun belum juga ada kegiatan hotmix,akibatnya masyarakat menjadi korbannya karena diserang debu secara rutin," pungkasnya.