MEDAN -Prof Dr dr Umar Zein, salah satu pembicara mengajak seluruh pihak terkhusus kaum milenial untuk melestarikan pantun yang telah ditetapkan UNESCO sebagai warisan budaya tak benda.
 
Ketua Prodi Sastra Melayu FIB USU, Dra. Mardiah Mawar Kembaren, MA, Ph.D menyebutkan seminar pembelajaran dan penelitian bidang bahasa sastra dan Budaya Melayu Serumpun ASEAN. Mengangkat tema 'Merajut Keindahan Pesona Jati Diri Bangsa Melayu serumpun melalui bahasa, sastra dan Budaya' yang digelar Prodi Sastra Melayu Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, Selasa (14/3/2023) di Gelanggang Mahasiswa USU. 
 
Dalam kesempatan itu, Umar Zein menerangkan, ada 3 keajaiban pantun atau ciri khas dalam pantun yakni pantun bersifat elastis dan plastisitas, kenyal dan lentur. 
 
Artinya, meskipun sajak ab-ab itu seperti membelenggu atau seperti memasung kreativitas, namun pantun itu nyatanya memerlukan sebuah kreativitas. 
 
"Kedua egalitarian. Artinya, semua orang boleh bermain pantun, tidak dibatasi latar belakang pendidikan, agama, suku, usia, maupun status sosial dan gender, semua orang bisa menuangkan idenya dalam sebuah pantun," ungkapnya. 
 
Kemudian, lanjut Umar, kontekstual. Pantun juga lahir dari kedekatan manusia dengan alam. 
 
"Oleh karena itu, pantun sangat kontekstual. Artinya, pesan pantun sering lahir dari kondisi sosial yang terjadi dan pantun juga berfungsi sebagai 'potret' sosial di zamannya," terangnya. 
 
Untuk itu, pengasas Klinik Pantun Nusantara ini mengajak seluruh pihak untuk dapat melestarikan pantun. 
 
"Kalau harta, ada ahli warisnya, namun pantun siapa ahli warisnya jika tidak kita yang warisi," urainya. 
 
Sementara, Dekan Fakultas Ilmu Budaya USU Dr.Tengku Thyrhaya Zein dalam kesempatannya turut memperkenalkan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. Menurut dia, Fakultas Ilmu Budaya merupakan salah satu dari 16 fakultas yang ada di Universitas Sumatera Utara. 
 
"Seminar ini tentunya merupakan bagian dari tugas program studi sesuai dengan Tridarma perguruan tinggi. Tadi telah disampaikan oleh Ketua Program Studi tentang bagaimana sebuah bangsa di Sumatera Utara. Nah kita memiliki beragam yaitu suku bangsa yang juga menghasilkan beragam bahasa budaya dan sastra dan adat dan kebiasaan, bahkan juga tentunya agama dan kepercayaan. Salah satu etnis adalah Melayu yang merupakan etnik berpenghuni di pesisir Sumatera Utara," terangnya. 
 
Dia berharap, dengan seminar ini kiranya para akademisi dan para pakar dapat mengembangkan secara khusus mengenai pembelajaran dan juga penelitian pada bidang bahasa sastra dan budaya Melayu dan insya Allah dapat menunjukkan perkembangan hal-hal penting dan dapat mengangkat nilai-nilai tradisional. 
 
Dalam seminar pembelajaran dan penelitian bidang bahasa sastra dan Budaya Melayu Serumpun ASEAN, ini diisi Prof Rahim bin Aman dari University Kebangsaan Malaysia, Prof Madya dr Mawar binti Safei dari University Kebangsaan Malaysia, Prof M Munan Lubis dari Universitas Sumatera Utara dan Prof Umar Zein dari Universitas Islam Sumatera Utara.