MEDAN – Wakil Ketua Korbid Politik, Hukum dan HAM DPD Partai GOLKAR Sumatera Utara, Riza Fakhrumi Tahir, menilai pernyataan mantan Ketua Partai GOLKAR Sibolga, Sahlul Umur Situmeang, yang membandingkan kondisi kesehatan mantan Walikota Sibolga, Sahat Panggabean, dengan Bupati Padanglawas nonaktif, Ali Sutan Harahap atau Tongku Sutan Oloan (TS0), sebagai pernyataan ngawur. “Caklul membandingkan kondisi kesehatan Sahat dengan TSO, ini ambigu. Caklul ngawur dan ngelantur. Saya tahu persis bagaimana situasi konflik di Sibolga ketika Sahat menjabat Ketua Partai GOLKAR dan Walikota Sibolga,” kata Riza menanggapi pernyataan Caklul, panggilan Sahlul Situmeang, di Medan, dalam keterangan dikutip Jumat (10/2/2023).

Awalnya Caklul berharap Ketua Partai GOLKAR yang juga Wakil Gubernur Sumut mampu melobi Gubsu serta memperjuangkan TSO kembali sebagai Bupati Padanglawas. Caklul juga meminta Ketua Umum DPP Partai GOLKAR, Airlangga Hartarto, menugaskan Ketua Komisi II DPR, Ahmad Doli Kurnia Tandjung, untuk memperjuangkan hak kader Partai GOLKAR di Padanglawas.

Seperti diketahui, Gubernur Sumatera Utara menonaktifkan Ali Sutan Harahap atau TSO dari jabatannya sebagai Bupati Padanglawas karena sakit, dan mengangkat Wakil Bupati, Zarnawi Pasaribu, sebagai Pelaksana Tugas. Kementerian Dalam Negeri kemudian mengeluarkan surat kepada Gubsu agar mengembalikan jabatan Bupati kepada TSO.

Caklul kemudian mengingatkan kejadian ketika Walikota Sibolga dijabat Sahat Panggabean. Saat itu, Sahat sakit. Tapi, Sahat memang menyelesaikan tugasnya sebagai walikota hingga masa baktinya berakhir. Ketika menjabat walikota, Sahat juga menjabat Ketua Partai GOLKAR di masa Ketua Partai GOLKAR Sumut dijabat HM. Ali Umri.

Ketika Sahat sakit, Caklul, yang saat itu menjabat Sekretaris, mengkudeta Sahat sebagai Ketua. Atas dukungan Umri, Sahat diberhentikan, dan kemudian Caklul diangkat menjadi Ketua. Tapi, Sahat tidak terima pemberhentian itu. Ketika masa jabatan Umri berakhir dan digantikan H. Syamsul Arifin, terjadi dualisme kepengurusan Partai GOLKAR di Sibolga.

Riza yang saat itu menjabat Wakil Sekretaris Partai GOLKAR Sumut, ditugaskan untuk menginvestigasi kasus dualisme Partai GOLKAR Sibolga. Ternyata, Caklul memutarbalik fakta. Riza masih ingat, dalam salah satu dokumen, Caklul menilai Sahat mengalami sakit permanen dan tidak bisa lagi memimpin Partai GOLKAR.

“Atas dasar informasi sepihak ini pula, Umri memberhentikan Sahat dan kemudian mengangkat Caklul sebagai Ketua. Hasil investigasi, ternyata jabatan Caklul sebagai ketua GOLKAR Sibolga, itu hasil pemutarbalikkan fakta. Itu hasil kudeta. Saya pernah mengingatkan Ketua GOLKAR Sumut, Ngogesa Sitepu tentang ini,” katanya.

Posisi Sahat sebagai walikota tetap bertahan hingga berakhir masa jabatannya. Yang mempertahankan Sahat sebagai walikota adalah Gubernur Syamsul Arifin, yang juga Ketua Partai GOLKAR Sumut. Riza heran, kenapa Caklul membandingkan kondisi kesehatan TSO dengan Sahat. Padahal, Caklul sudah menganggap Sahat tidak sehat dan sakit permanen hingga tega mengkudeta Sahat sebagai Ketua GOLKAR. “Untuk apa lagi Caklul mengingat – ingat orang yang dikudetanya itu,” kata Riza.

Sebenarnya, DPD Partai GOLKAR Sumut menilai jabatan Caklul sebagai Ketua tidak sah. Hasil investigasi, Sahat tidak sakit permanen, seperti dilaporkan Caklul kepada Umri. Ketika bertemu Sahat, Tim Investigasi berkomunikasi dengan lancar. Berbicara, berjalan dan gerakan tubuhnya bagus. Yang masalah, tangan kanannya tidak berfungsi. Tangan kiri masih berfungsi. Keterangan RS Mount Elizabeth Singapura, juga tidak ada menyatakan Sahat sakit permanen.

Menurut Riza, GOLKAR Sumut saat itu akan mengembalikan Sahat sebagai Ketua. Tapi, Caklul mengancam akan menggugat hasil Munas di Pekanbaru dan Musda Partai GOLKAR Sumut. Akhirnya, batal pengembalian Sahat sebagai Ketua. Tapi, kudeta Caklul atas Sahat, itu menjadi catatan buruk dalam sejarah GOLKAR di Sumatera Utara.

“Makanya, kalau Caklul membandingkan kondisi TSO dengan Sahat Panggabean, itu ngawur dan pemutarbalikan fakta. Kalau mau mengkritisi GOLKAR Sumut dan Ketua Ijeck, silahkan saja. Tapi, jangan pancing hingga boroknya terbuka. Membuat publik semakin tidak percaya sama pernyataan – pernyataan Caklul,” ujar kader senior Partai GOLKAR ini.*