MADINA - Pasokan gabah padi di Kabupaten Mandailing Natal (Madina) selama dua beberapa bulan belakangan ini menurun. Dan ini lah salah satu pemicu harga beras di pasaran melonjak naik. Termasuk milik di kilang padi di Kecamatan Panyabungan, Muhammad Idris. Dia mengatakan bahwa saat ini ditempatnya saat ini tak pernah lagi mengolah akibat pasokan gabah terus menerus kosong.
 
"Soalnya gabah dari Panyabungan ini susah didapat," kata Idris.
 
Adapun gabah yang didapat dari luar daerah kata pemilih kilang padi itu  harganya sampai dua kali lipat dari harga normal biasanya.
 
"Harga gabah pun melambung tinggi bila kita dapat dari luar," ujarnya.
 
Dia menyampaikan pasokan gabah padi yang saat ini susah didapat akibat dari hasil panen di tingkat petani berkurang. Selain itu, dampak serangan hama pada tanaman dan akibat banjir yang merendam lahan pertanian warga, sehingga banyak lahan padi warga yang gagal panen. Juga menjadi pemicu pasokan gabah padi kosong.
 
"Jadi dengan kondisi seperti itu harga beras sekarang Rp 13 ribu, dulu masih Rp 10 ribu perkilogramnya," ungkapnya.
 
Selanjutnya dia mengatakan bahwa di tempat olahannya itu biasanya ada sebanyak 1 ton hinggga 2 ton gabah padi yang diolah setiap minggunnya.
 
"Namun karena saat ini gabahnya tidak ada maka tidak ngolah," imbuhnya.
 
Untuk itu, dia berharap persawahan di Panyabungan ini jauh dari kerusakan sehingga hasil gabah padi petani meningkat. Lalu, harga beras di Madina  dapat kembali normal
 
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Madina Siar Nasution mengaku bahwa gabah padi hasil dari penen ditingkat petani saat ini menurun drastis.
 
Selain serangan hama dan akibat dampak banjir yang terjadi beberapa di wilayah Kabupaten Madina belakangan ini, menjadi penyebab sawah warga gagal panen. Selain itu juga dipicu oleh rusaknya yang kian lama saluran irigasi yang mengairi persawahan.
 
"Iya saat ini produksi gabah menurun drastis, selain akibat dampak banjir yang menyebabkan banyaknya gagal penen. Juga diakibatkan saluran irigasi sebelah kanan sudah rusak selama satu tahun, namun sesudah diperbaiki di tahun lalu, nyatanya ada polongan yang penyeberangannya di Aek Pohon Pidoli bergeser ditambah lagi adanya sumbatan sampah sehingga aliran saluran irigasi tersebut tak sesaui arah," kata Siar saat berada di ruang kerjanya, Rabu (8/2/2023).
 
Kemudian akibat dari pada itu, menurutnya, sawah yang berada di Desa Gunung Tua dan di wilayah sekitarnya produski gabah padi menurun drastis hingga setengahnya menurut yang biasa.
 
" Dan yang kedua (produski gabah padi menurun) akibat dari pada banjir yang terjadi  akhir tahun 2022 bulan 11 sampai bulan 12 lalu, kita gagal panen, termasuk  persawahan yang ada di Kecamatan Siabu hampir seluas 700 hektar. Dan sementara secara global di Mandailing Natal terdata yang gagal panen akibat banjir tersebut ada seluas 10200 hektar," imbuhnya.
 
Untuk itu, bila saluran irigasi yang berada di desa di Kecamatan Siabu dan termasuk saluran irigasi kanan di Kecamatan Panyabungan tak diperbaiki. Maka produksi gabah padi Kabupaten Madina akhirnya nanti terus menerus kekurangan.
 
"Dan kalau secara nasional memang harga beras ini sedang naik, dan untuk di Kabupaten Mandailing Natal termasuk lah ini salah satu penyebabnya," ujar Siar.
 
Meskian demikian, selanjutnya Siar menuturkan bahwa pihaknya akan melalukkan tindakan seperti halnya ber-koordinasi dengan instansi Pengairan Sumatera Utara (Sumut) agar saluran irigasi mereka yang utamanya berfungsi untuk mengairi persawan di Kabupaten Madina segera diperbaiki.
 
"Maka rusaknya polongan saluran irigasi tersebut rusak juga akibat dari pada aktivitas galian C yang berada di sebelahnya. Dan hal itu diketahui diwaktu adanya kegiatan pemebersihan saluran irigasi tahun yang lalu,"
 
"Dan adanya serangan hama tikus itu pun di persawahan warga itu lantaran terjadi pada bulan 11 dan bulan 12 tahun 2022 akibat dari luapan banjir pada bulan itu juga, sehingga lahan yang lembab, hama tikus itu keluar lalu memasuki sawah yang tidak berdampak banjir dan atas hal itu juga lah berdampak  pada hasil panen petani menjadi berkurang," tutur Siar.
 
Diketahui untuk saat ini, pedagang di pasar tradisional menjual beras untuk jenis medium yang dulunya harga Rp 9.500 sampai Rp 10.000 saat ini dijual Rp 12.000, perkilogramnya. Sedangkan beras jenis premium yang tadinya dijual Rp 13.000 dan sekarang harganya Rp 14.000, perkilogram.